Saturday 6 May 2017

MAQAM KHAUF

MAQAM KHAUF

Dalam pengertian etimologi, khauf berarti mengkhawatirkan sesuatu yang buruk akan terjadi. Dalam pengertian terminologi menurut Abu Hafs, khauf adalah sinar yang menerangi hati, yang dengannya seseorang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan menurut Muhammad ibn Ali al Hariri, khauf diumpamakan sebagai cambuk dari Allah yang meluruskan orang-orang yang lari dari pintu-Nya. Menurut Abu Umar ad Dimasyki orang-orang yang berada pada maqam khauf itu lebih takut pada hawa nafsunya sendiri daripada takut kepada setan. Jadi dapat disimpulkan bahwa orang yang berada pada maqam ini hatinya senantiasa diliputi rasa takut akan mendapat siksa dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Dalil maqam khauf di antaranya firman Allah SWT:
“Takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. [QS. Ali Imran: 175]
Dalam ayat ini secara eksplisit Allah memerintahkan manusia untuk takut kepada-Nya. Dalil khauf dari hadits di antaranya adalah hadits marfu’: لَا يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ تَعَالَى
“Tidak akan masuk neraka orang yang takut kepada Allah”. Menurut al Ghazali, khauf merupakan permulaan dari maqamat, dan khauf hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang bertakwa. Setelah seseorang berada pada maqam khauf yang sesungguhnya, maka ia akan naik ke maqam wara’ lahir dan batin. Orang yang berada pada maqam khauf bisa diketahui dengan keberadaannya yang selalu berada di hadapan ‘pintu’ Allah dalam rangka mencari ridla-Nya, dan senantiasa diliputi rasa gelisah serta khawatir bahwa Allah tidak akan menerimanya. Selain itu, ia tidak panjang angan-angan untuk hidup lama di dunia ini.
Terdapat perbedaan yang bertolak belakang antara orang yang takut kepada Allah SWT dengan takut kepada selain-Nya. Orang yang takut kepada selain Allah SWT akan lari menjauhi apa yang ditakutinya itu, sedangkan orang yang takut kepada Allah SWT justru sebaliknya, ia akan berlari mendekat kepada-Nya.
Maqam khauf tidak bisa dipisahkan dari maqam raja’. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang. Sebab menurut Syaikh Yahya ibn Mu’adz, jika seseorang hanya punya rasa khauf maka ia akan selalu dipermainkan oleh fikirannya sendiri. Sebaliknya jika ia hanya memiliki rasa raja’, maka ia akan tertipu dengan fikirannya tersebut. Dan jika rasa khauf dan raja’ bersinergi, maka ia akan stabil dalam berdzikir dan beribadah untuk dapat wushul di hadapan Allah SWT. Oleh karena, itu khauf dan raja’ bagaikan obat yang dapat menyeimbangkan serta menyembuhkan hati, sebab keduanya saling melengkapi. Namun meski demikian, maqam khauf harus lebih dominan dari maqam raja’, sebab menurut Syaikh Abu Sulaiman ad Darany, jika maqam raja’ lebih dominan daripada maqam khauf, maka hati salik akan kotor dan rusak. Menurut al Ghazali, seberapa tinggi maqam khauf seseorang, maka setinggi itu pulalah ma’rifatnya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, orang yang paling takut kepada Allah SWT, maka dialah orang yang paling ma’rifat kepadaNya. Dalam konteks inilah hadith Nabi Muhammad SAW diartikan, yakni saat Beliau bersabda: ”Akulah orang yang paling ma’rifat kepada Allah, dan aku pula orang yang paling takut kepada-Nya”. [HR. Bukhari]
al.khidmahAl Ghazali dalam Ihya’nya membagi khauf menjadi dua bagian. Pertama, takut akan terjatuh ke dalam perbuatan maksiat, ini adalah khauf nya orang-orang shalih. Kedua, takut kepada Allah, ini adalah takutnya orang-orang yang sudah ma’rifat. Sedangkan Abu Ali ad Daqqaq membaginya menjadi tiga tingkatan, yaitu khauf, khasy-yah dan haibah. Khauf adalah syarat iman, khasy-yah adalah syarat ilmu dan haibah adalah syarat ma’rifat.
Sedangkan menurut Abu Thalib al Makky, khauf merupakan maqam yang meliputi semua maqamat orang-orang yang bertakwa, semuanya terdapat lima tingkatan dan di setiap tingkatannya terdapat tiga maqam. Tingkatan pertama dari maqam khauf adalah takwa, dalam maqam ini terdapat maqam takwa, shalih dan ‘amil (orang yang mengamalkan ilmunya). Kedua, maqam al hadlr, dalam maqam ini terdapat maqam zuhud, wara’ dan khusyu’. Ketiga, maqam khasy-yah, dalam maqam ini terdapat maqam ‘alim, ‘abid dan muhsin. Keempat, maqam wajal, dalam maqam ini terdapat maqam dzakir, tawadlu’ dan ‘arif. Kelima, maqam isyfaq, dalam maqam ini terdapat maqam syahid, mahabbah, dan taqarrub. Wallahu a’lam. [*]

No comments:

Post a Comment

JEJAK SEJARAH MURSYID THORIQOH AT-TIJANI SYEKH MUHAMMAD BIN YUSUF

  "Jejak Histori Syekh Muhammad bin Yusuf sukodono - Ampel Surabaya, abahny a KH Ubaid dan KH Zaid, salah satu pembawa Thoriqoh At-Tija...