Friday 12 May 2017

KEUTAMAAN MEMBACA ISTIGHFAR

Keutamaan Membaca Istighfar

SUDAHKAH Anda membaca istighfar hari ini? Sudah berapa banyak istighfar yang telah kita lafalkan hari ini? Atau, malah belum membaca istighfar sama sekali? Jika belum, ada baiknya sekarang juga kita mulai melafalkan istighfar.

Selipkan bacaan istighfar di antara dzikir yang kita baca. Mengapa harus menyelipkan bacaan istighfar? Karena istighfar mempunyai begitu banyak berkah dan hikmah. Istighfar tak hanya merupakan permohonan maaf. Lebih dari itu, istighfar mengandung makna pengakuan atas kesalahan yang dilakukan dan komitmen untuk memperbaiki diri sendiri.

Terlebih pada akhir zaman ini ketika begitu banyak maksiat dan kemungkaran terjadi di sekitar kita sehingga seolah-olah saking banyak dan saking biasanya maksiat dan kemungkaran itu tak dianggap sebagai sebuah perbuatan dosa. Malahan sudah mulai dianggap sebagai hal yang jamak terjadi. Apa boleh buat? Semua itu tentu saja membuat kita makin mudah terjerembab dalam kubangan dosa. Terjerembab tanpa sengaja, tanpa menyadari bahwa kita telah terjerembab dalam kubangan dosa bila kita tidak bersikap sangat hati-hati.

Orang tak lagi merasa malu berbuat maksiat, korupsi, berzina, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, dan banyak lagi perilaku yang membuat kita semua geleng-geleng kepala. Seolah-olah apa yang mereka lakukan adalah hal yang wajar dan manusiawi. Mereka lupa, kita semua lupa, bahwa akan ada pengadilan akhirat. Makin gawat lagi sebab banyak di antara kita yang justru tidak ingat untuk melakukan tobat. Nauzubillah min dzalik. Padahal, bukankah Allah SWT telah menyiapkan azab bagi mereka yang berbuat maksiat dan tidak mau bertobat?

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapatkan (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al Furqaan: 68-70).

Manusia tak pernah dapat terlepas dari salah atau lupa. Itulah dalil sebagian orang apabila mereka melakukan sebuah kesalahan atau lupa terhadap sesuatu. Belum lagi hawa nafsu dan bisikan setan yang terus-menerus mengajak kepada perbuatan maksiat. Setiap manusia pasti memiliki dosa walau sekecil apa pun, kecuali para nabi yang memang telah dijaga oleh-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis: “Setiap anak Adam pasti bersalah. Tapi manusia salah yang paling baik adalah yang bertobat” (H.R. Ahmad).

Ibnu Atha’illah menuliskan dalam kitab Bahjat an Nufus bahwa dosa sebaiknya cepat-cepat dihapus dengan bertobat. Beliau mengibaratkan, orang yang melakukan dosa sama dengan periuk besi di atas api selama beberapa saat yang membuat warnanya makin menghitam. Jika kita membersihkan periuk tersebut, maka warna hitam akan hilang. Namun jika kita biarkan dan justru dipakai berkali-kali untuk memasak tanpa pernah dibersihkan, warna hitamnya akan melekat kuat hingga akhirnya ia akan pecah dan rusak. Walaupun dicuci sekeras apa, periuk besi itu pun tak akan lagi bisa kembali seperti semula.

Rasulullah SAW bersabda, “Ketika seorang mukmin melakukan sebuah dosa akan ada bintik hitam di dalam hatinya. Apabila ia bertobat, sadar, dan memohon ampunan, bintik tadi akan terhapus. Namun, jika ia malah menambah dosa, maka akan bertambah pula bintik hitamnya hingga akhirnya menutupi hati ini.” (HR. An-Nasa’i, Ibnu Hibban,  Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Memohon ampun dan beristighfar adalah jalan keluar atas dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Ingatlah bahwa dalam melaksanakannya pun kita dikejar deadline, yaitu sebelum nyawa terlepas dari raga. Padahal, kita tidak pernah tahu kapan nyawa terlepas dari badan. Karena itu, mau tidak mau jika kita ingin kembali kepada-Nya dalam keadaan bersih, maka  satu-satunya cara adalah dengan menyegerakan bertobat.

Rasulullah SAW yang ma’sum pun dalam sehari beristighfar tak kurang dari 70 kali menurut riwayat Bukhari, atau bahkan 100 kali menurut riwayat Muslim. Bagaimana halnya dengan kita yang tak pernah berhenti berbuat dosa dan maksiat? Tidaklah kita malu ketika sadar bahwa diri ini terlalu percaya diri sehingga enggan memohon ampun kepada-Nya? Selain Rasulullah SAW yang merupakan manusia tersuci namun masih rajin membaca istighfar, nyatanya para malaikat juga senantiasa membaca istighfar memohonkan ampun bagi orang-orang yang beriman.

Tentu saja konsekuensi dari bertobat dengan tulus ikhlas adalah tidak mengulangi perbuatan maksiat, bersungguh-sungguh menyesali perbuatan maksiatnya yang telah lalu, dan bertekad untuk menjauhi perbuatan maksiat. Begitulah caranya bertobat.

Anda tahu ‘kan tentang makna bertobat? Bahwa makna tobat sesungguhnya adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya, dan berusaha melakukan apa yang lebih baik (sebagai ganti). Jika keempat hal itu telah dipenuhi, berarti syarat tobat seseorang telah sempurna.

Lihatlah, Betapa tingginya nilai perintah untuk membaca istighfar. Sampai-sampai perintah untuk bertobat itu senantiasa ditempatkan berdampingan dengan perintah untuk beribadah kepada-Nya.
Istighfar juga merupakan suatu kewajiban sekaligus kebutuhan seorang hamba kepada Allah SWT. Apa alasannya? Karena secara fitrah memang manusia tidak akan bisa mengelak dari perbuatan dosa dan kesalahan di sepanjang hidupnya. Maka sesungguhnya peluang ampunan ini merupakan anugerah rahmat yang terbesar bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.

Selain itu, kebiasaan beristighfar merefleksikan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya dan pengakuan akan Kemahapengampunan Allah SWT. Istighfar juga merupakan cermin dari sebuah akidah yang mantap akan kesediaan Allah membuka pintu ampunan-Nya pada sepanjang siang dan malam. Pendek kata, orang yang tidak pernah lalai untuk mengucapkan istighfar adalah orang yang dekat dengan Allah SWT.

Selain dari hikmah sucinya diri dari dosa, istighfar juga merupakan salah satu sebab terpenting diturunkannya rezeki. Makin rajin dan makin banyak kita mengucapkan istighfar, makin mudahlah rezeki kita yang menggantung di langit itu untuk turun. Hal ini sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW.

Diceritakan, ketika Rasulullah SAW sedang duduk di dalam masjid bersama sejumlah sahabat, tiba-tiba masuk empat orang lelaki. Masing-masing dari mereka mengeluh. Orang yang pertama mengeluh karena hujan sudah lama tidak turun. Rasul SAW menasehatinya dengan ucapan: “Beristighfarlah !” Orang yang kedua mengeluh karena sudah lama menikah, tapi belum memperoleh keturunan. Ujar Nabi SAW: “Beristighfarlah !” Lelaki yang ketiga mengadukan  kesulitan ekonominya. Rasulullah SAW pun berkata: “Perbanyak istighfar!” Demikian juga dengan lelaki yang keempat, yang minta nasehat lantaran tanah pertaniannya sudah tidak subur lagi. Lagi-lagi Rasulullah SAW berkata: “Beristighfarlah !”

Abu Hurairah RA terheran-heran mendengarnya dan bertanya : “Ya Rasulullah, penyakitnya banyak tetapi obatnya satu.” Mendengar pertanyaan ini, beliau Nabi SAW menjawab : “Simaklah Firman Allah dalam Surat Nuh ayat 10-12 : “Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah dzat yang Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, perbanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”

Kemudian Rasulullah SAW bersabda :”Barangsiapa memperbanyak Istighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah mengaruniainya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka”.(HR.Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)

Dituturkan oleh Syaikh ‘Aidh al Qarni, sang penulis buku best seller La Tahzan, bahwa ada seseorang yang tak kunjung dikaruniai anak. Sementara para dokter sudah angkat tangan tidak mampu memberi jalan keluar. Segala macam obat-obatan pun sudah dicoba, tetapi tetap masih gagal mewujudkan keinginannya tersebut.

Orang itu akhirnya bertanya kepada salah seorang ulama yang kemudian menyarankan kepadanya, “Hendaklah engkau memperbanyak istighfar di kala subuh dan sore hari, sesungguhnya Allah SWT mengatakan perihal orang-orang yang beristighfar, ‘Dan memperbanyak harta dan anak-anakmu’” (Q.S. Nuh: 12). Lelaki itu pun kemudian memperbanyak istighfar secara terus-menerus. Hingga akhirnya dengan izin Allah SWT dan kasih saying-Nya, ia pun mendapatkan keturunan yang saleh.


Di zaman yang serba tidak menentu ini, ada baiknya kita menjadikan istighfar sebagai salah satu amalan harian kita. Tujuannya agar kita tidak serta-merta tanpa sadar terseret dan terjerumus dalam kemaksiatan. Lebih dari itu, supaya kita merasa damai tenteram sebab terampuni dosa-dosa kita. Baik yang kita lakukan dengan sadar maupun tanpa sadar.

Sumber : 36 Kultum La Tahzan

No comments:

Post a Comment

JEJAK SEJARAH MURSYID THORIQOH AT-TIJANI SYEKH MUHAMMAD BIN YUSUF

  "Jejak Histori Syekh Muhammad bin Yusuf sukodono - Ampel Surabaya, abahny a KH Ubaid dan KH Zaid, salah satu pembawa Thoriqoh At-Tija...