Keutamaan Membaca Istighfar
SUDAHKAH Anda membaca istighfar hari ini? Sudah berapa banyak
istighfar yang telah kita lafalkan hari ini? Atau, malah belum membaca
istighfar sama sekali? Jika belum, ada baiknya sekarang juga kita mulai
melafalkan istighfar.
Selipkan bacaan istighfar di antara
dzikir yang kita baca. Mengapa harus menyelipkan bacaan istighfar? Karena
istighfar mempunyai begitu banyak berkah dan hikmah. Istighfar tak hanya
merupakan permohonan maaf. Lebih dari itu, istighfar mengandung makna pengakuan
atas kesalahan yang dilakukan dan komitmen untuk memperbaiki diri sendiri.
Terlebih pada akhir zaman ini ketika
begitu banyak maksiat dan kemungkaran terjadi di sekitar kita sehingga
seolah-olah saking banyak dan saking biasanya maksiat dan kemungkaran itu tak
dianggap sebagai sebuah perbuatan dosa. Malahan sudah mulai dianggap sebagai
hal yang jamak terjadi. Apa boleh buat? Semua itu tentu saja membuat kita makin
mudah terjerembab dalam kubangan dosa. Terjerembab tanpa sengaja, tanpa menyadari
bahwa kita telah terjerembab dalam kubangan dosa bila kita tidak bersikap
sangat hati-hati.
Orang tak lagi merasa malu berbuat
maksiat, korupsi, berzina, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya,
dan banyak lagi perilaku yang membuat kita semua geleng-geleng kepala.
Seolah-olah apa yang mereka lakukan adalah hal yang wajar dan manusiawi. Mereka
lupa, kita semua lupa, bahwa akan ada pengadilan akhirat. Makin gawat lagi
sebab banyak di antara kita yang justru tidak ingat untuk melakukan tobat. Nauzubillah
min dzalik. Padahal, bukankah Allah SWT telah menyiapkan azab bagi mereka
yang berbuat maksiat dan tidak mau bertobat?
“Dan orang-orang yang tidak menyembah
tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,
barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapatkan (pembalasan)
dosa (nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia
akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang
bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti
Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al Furqaan: 68-70).
Manusia tak pernah dapat terlepas
dari salah atau lupa. Itulah dalil sebagian orang apabila mereka melakukan
sebuah kesalahan atau lupa terhadap sesuatu. Belum lagi hawa nafsu dan bisikan
setan yang terus-menerus mengajak kepada perbuatan maksiat. Setiap manusia
pasti memiliki dosa walau sekecil apa pun, kecuali para nabi yang memang telah
dijaga oleh-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis: “Setiap anak
Adam pasti bersalah. Tapi manusia salah yang paling baik adalah yang bertobat” (H.R.
Ahmad).
Ibnu Atha’illah menuliskan dalam
kitab Bahjat an Nufus bahwa dosa sebaiknya cepat-cepat dihapus dengan
bertobat. Beliau mengibaratkan, orang yang melakukan dosa sama dengan periuk
besi di atas api selama beberapa saat yang membuat warnanya makin menghitam.
Jika kita membersihkan periuk tersebut, maka warna hitam akan hilang. Namun
jika kita biarkan dan justru dipakai berkali-kali untuk memasak tanpa pernah
dibersihkan, warna hitamnya akan melekat kuat hingga akhirnya ia akan pecah dan
rusak. Walaupun dicuci sekeras apa, periuk besi itu pun tak akan lagi bisa
kembali seperti semula.
Rasulullah SAW bersabda, “Ketika
seorang mukmin melakukan sebuah dosa akan ada bintik hitam di dalam hatinya. Apabila
ia bertobat, sadar, dan memohon ampunan, bintik tadi akan terhapus. Namun, jika
ia malah menambah dosa, maka akan bertambah pula bintik hitamnya hingga
akhirnya menutupi hati ini.” (HR. An-Nasa’i, Ibnu Hibban, Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Memohon ampun dan beristighfar adalah
jalan keluar atas dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Ingatlah bahwa dalam
melaksanakannya pun kita dikejar deadline, yaitu sebelum nyawa terlepas dari
raga. Padahal, kita tidak pernah tahu kapan nyawa terlepas dari badan. Karena
itu, mau tidak mau jika kita ingin kembali kepada-Nya dalam keadaan bersih,
maka satu-satunya cara adalah dengan
menyegerakan bertobat.
Rasulullah SAW yang ma’sum pun
dalam sehari beristighfar tak kurang dari 70 kali menurut riwayat Bukhari, atau
bahkan 100 kali menurut riwayat Muslim. Bagaimana halnya dengan kita yang tak
pernah berhenti berbuat dosa dan maksiat? Tidaklah kita malu ketika sadar bahwa
diri ini terlalu percaya diri sehingga enggan memohon ampun kepada-Nya? Selain
Rasulullah SAW yang merupakan manusia tersuci namun masih rajin membaca
istighfar, nyatanya para malaikat juga senantiasa membaca istighfar memohonkan
ampun bagi orang-orang yang beriman.
Tentu saja konsekuensi dari bertobat
dengan tulus ikhlas adalah tidak mengulangi perbuatan maksiat,
bersungguh-sungguh menyesali perbuatan maksiatnya yang telah lalu, dan bertekad
untuk menjauhi perbuatan maksiat. Begitulah caranya bertobat.
Anda tahu ‘kan tentang makna
bertobat? Bahwa makna tobat sesungguhnya adalah meninggalkan dosa karena
keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk
tidak mengulanginya, dan berusaha melakukan apa yang lebih baik (sebagai
ganti). Jika keempat hal itu telah dipenuhi, berarti syarat tobat seseorang
telah sempurna.
Lihatlah, Betapa tingginya nilai
perintah untuk membaca istighfar. Sampai-sampai perintah untuk bertobat itu
senantiasa ditempatkan berdampingan dengan perintah untuk beribadah kepada-Nya.
Istighfar juga merupakan suatu
kewajiban sekaligus kebutuhan seorang hamba kepada Allah SWT. Apa alasannya?
Karena secara fitrah memang manusia tidak akan bisa mengelak dari perbuatan
dosa dan kesalahan di sepanjang hidupnya. Maka sesungguhnya peluang ampunan ini
merupakan anugerah rahmat yang terbesar bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.
Selain itu, kebiasaan beristighfar
merefleksikan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya dan pengakuan akan
Kemahapengampunan Allah SWT. Istighfar juga merupakan cermin dari sebuah akidah
yang mantap akan kesediaan Allah membuka pintu ampunan-Nya pada sepanjang siang
dan malam. Pendek kata, orang yang tidak pernah lalai untuk mengucapkan
istighfar adalah orang yang dekat dengan Allah SWT.
Selain dari hikmah sucinya diri dari
dosa, istighfar juga merupakan salah satu sebab terpenting diturunkannya
rezeki. Makin rajin dan makin banyak kita mengucapkan istighfar, makin mudahlah
rezeki kita yang menggantung di langit itu untuk turun. Hal ini sebagaimana
yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW.
Diceritakan, ketika Rasulullah SAW
sedang duduk di dalam masjid bersama sejumlah sahabat, tiba-tiba masuk empat
orang lelaki. Masing-masing dari mereka mengeluh. Orang yang pertama mengeluh
karena hujan sudah lama tidak turun. Rasul SAW menasehatinya dengan ucapan:
“Beristighfarlah !” Orang yang kedua mengeluh karena sudah lama menikah, tapi
belum memperoleh keturunan. Ujar Nabi SAW: “Beristighfarlah !” Lelaki yang
ketiga mengadukan kesulitan ekonominya.
Rasulullah SAW pun berkata: “Perbanyak istighfar!” Demikian juga dengan lelaki
yang keempat, yang minta nasehat lantaran tanah pertaniannya sudah tidak subur
lagi. Lagi-lagi Rasulullah SAW berkata: “Beristighfarlah !”
Abu Hurairah RA terheran-heran
mendengarnya dan bertanya : “Ya Rasulullah, penyakitnya banyak tetapi obatnya
satu.” Mendengar pertanyaan ini, beliau Nabi SAW menjawab : “Simaklah Firman
Allah dalam Surat Nuh ayat 10-12 : “Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya
Dia adalah dzat yang Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat, perbanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu
kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda :”Barangsiapa
memperbanyak Istighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya
jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah
mengaruniainya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka”.(HR.Ahmad, Abu
Dawud, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)
Dituturkan oleh Syaikh ‘Aidh al
Qarni, sang penulis buku best seller La Tahzan, bahwa ada seseorang yang tak
kunjung dikaruniai anak. Sementara para dokter sudah angkat tangan tidak mampu
memberi jalan keluar. Segala macam obat-obatan pun sudah dicoba, tetapi tetap
masih gagal mewujudkan keinginannya tersebut.
Orang itu akhirnya bertanya kepada
salah seorang ulama yang kemudian menyarankan kepadanya, “Hendaklah engkau
memperbanyak istighfar di kala subuh dan sore hari, sesungguhnya Allah SWT
mengatakan perihal orang-orang yang beristighfar, ‘Dan memperbanyak harta
dan anak-anakmu’” (Q.S. Nuh: 12). Lelaki itu pun kemudian memperbanyak
istighfar secara terus-menerus. Hingga akhirnya dengan izin Allah SWT dan kasih
saying-Nya, ia pun mendapatkan keturunan yang saleh.
Di zaman yang serba tidak menentu
ini, ada baiknya kita menjadikan istighfar sebagai salah satu amalan harian
kita. Tujuannya agar kita tidak serta-merta tanpa sadar terseret dan terjerumus
dalam kemaksiatan. Lebih dari itu, supaya kita merasa damai tenteram sebab
terampuni dosa-dosa kita. Baik yang kita lakukan dengan sadar maupun tanpa
sadar.
Sumber : 36 Kultum La Tahzan
No comments:
Post a Comment