DALIL MEMBACA SURAT YASIN UNTUK ORANG MATI
MUHAMMAD MAKRUF KHOZIN*
Surat Yasin merupakan surat yang ke 36 yang
terdiri dari 83 ayat dalam al-Quran. Sebagaimana dalam surat lain yang memiliki
keutamaan dalam sabda-sabda Rasulullah Saw, surat Yasin juga sering dianjurkan
untuk dibaca oleh Rasulullah. Riwayat hadis tentang keutamaan membaca Yasin
sebagiannya adalah sahih, ada pula yang hasan, dlaif dan maudlu' (palsu). Akan
tetapi, karena Yasin adalah sebuah surat yang diamalkan oleh warga NU dalam
setiap tahlil dan bahkan mereka hafal surat ini kendatipun mereka buta huruf
Arab, maka hal ini memancing reaksi berlebihan dari kelompok yang sejak semula
memang anti tahlil dengan mengungkap hadis-hadis palsu dan dlaif dari surat
Yasin, padahal hakekatnya mereka juga tahu bahwa dalam fadilah Yasin juga
banyak riwayat sahihnya. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَليْهِ
وسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ يس فِى لَيْلَةٍ اِبْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ (رواه البيهقى فى شعب الإيمان رقم 2464 وأخرجه
أيضًا الطبرانى فى الأوسط رقم 3509 والدارمى رقم 3417 وأبو نعيم فى الحلية 2/159
والخطيب البغدادي 10/257 وأخرجه ابن حبان عن جندب البجلى رقم 2574)
"Diriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa membaca Surat
Yasin di malam hari seraya mengharap rida Allah, maka ia diampuni" (HR al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman No 2464, al-Thabrani dalam
al-Ausath No 3509, al-Darimi No 3417, Abu Nuaim dalam al-Hilyat II/159, Khatib
al-Baghdadi X/257 dan Ibnu Hibban No 2574)
Hadis ini diklaim oleh banyak pihak sebagai hadis palsu,
khususnya dibesarkan-besarkan oleh kelompok yang anti tahlil karena hampir
setiap acara tahlilan terlebih dahulu membaca Surat Yasin bersama atau dibaca
saat berziarah. Untuk membantahnya kami paparkan ke hadapan mereka pendapat ulama
dari kalangan mereka sendiri dan sekaligus dikagumi oleh mereka, yaitu Muhammad
bin Ali al-Syaukani. Ia berkata:
حَدِيْثُ مَنْ قَرَأَ يس اِبْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ
رَوَاهُ الْبَيْهَقِي عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوْعًا وَإِسْنَادُهُ عَلَى شَرْطِ
الصَّحِيْحِ وَأَخْرَجَهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ وَأَخْرَجَهُ الْخَطِيْبُ فَلاَ وَجْهَ
لِذِكْرِهِ فِي كُتُبِ الْمَوْضُوْعَاتِ (الفوائد
المجموعة في الأحاديث الموضوعة لمحمد بن علي بن محمد الشوكاني 1 / 302)
"Hadis
yang berbunyi: 'Barangsiapa membaca Surat Yasin seraya mengharap ridha Allah,
maka ia diampuni' diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Abu Hurairah secara marfu',
sanadnya sesuai kriteria hadis sahih. Juga diriwayatkan oleh Abu Nuaim dan
Khatib (al-Baghdadi). Maka tidak ada jalan untuk mencantumkannya dalam
kitab-kitab hadis palsu!" (al-Fawaid al-Majmu'ah I/302)
Begitu pula ahli hadis al-Fatanni berkata:
مَنْ قَرَأَ يس فِي لَيْلَةٍ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ وَمَنْ
قَرَأَ الدُّخَانَ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ فِيْهِ
مُحَمَّدُ بْنُ زَكَرِيَّا يَضَعُ قُلْتُ
لَهُ طُرُقٌ كَثِيْرَةٌ عَنْهُ بَعْضُهَا عَلَى شَرْطِ الصَّحِيْحِ أَخْرَجَهُ
التُّرْمُذِي وَالْبَيْهَقِي (تذكرة
الموضوعات للفتني 1 / 80)
"Hadis
yang berbunyi: 'Barangsiapa membaca Surat Yasin di malam hari, maka di pagi
harinya ia diampuni dan barangsiapa membaca Surat al-Dukhan di malam Jumat,
maka di pagi harinya ia diampuni' Di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin
Zakariya yang memalsukan hadis. Saya (al-Fatanni) berkata: Hadis ini memiliki
banyak jalur riwayat, yang sebagiannya sesuai kriteria hadis sahih yang
diriwayatkan oleh al-Turmudzi dan al-Baihaqi" (Tadzkirat al-Maudlu'at I/80)[1]
Bahkkan
seorang ahli tafsir yang menjadi murid Ibnu Taimiyah, yaitu Ibnu Katsir (yang
tafsirnya paling sering dikaji oleh kelompok anti tahlil), mencantumkan banyak
hadis tentang keutamaan (fadilah) Surat Yasin, diantaranya hadis riwayat
al-Hafidz Abu Ya'la al-Mushili No 6224:
وَقَالَ
الْحَافِظُ أَبُوْ يَعْلَى حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ أَبِي إِسْرَائِيْلَ
حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ زِيَادٍ عَنِ الْحَسَنِ
قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ يس فِي لَيْلَةٍ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ وَمَنْ
قَرَأَ حم الَّتِي فِيْهَا الدُّخَانُ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ
"Barangsiapa
membaca Surat Yasin di malam hari, maka di pagi harinya ia diampuni dan
barangsiapa membaca Surat al-Dukhan, maka di pagi harinya ia diampuni"
Ibnu
Katsir berkata:
إِسْنَادٌ جَيِّدٌ (تفسير ابن كثير 6 / 561)
"Ini adalah sanad yang bagus"
(Tafsir Ibnu Katsir VI/561)
Tidak banyak yang tahu mengenai hukum menuduh
hadis palsu, padahal nyata sekali bahwa riwayat tersebut secara akumulasi
adalah sahih. Maka disini Rasulullah Saw memberi kecaman bagi mereka yang melakukan hal
itu:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ بَلَغَهُ
عَنِّي حَدِيْثٌ فَكَذَّبَ بِهِ فَقَدْ كَذَّبَ ثَلاَثَةً اللهَ وَرَسُوْلَهُ
وَالَّذِي حَدَّثَ بِهِ (رواه
الطبراني في الأوسط رقم 7596 وابن عساكر 27/410 عن جابر)
"Barangsiapa
yang sampai kepadanya sebuah hadis dari saya kemudian ia mendustakannya, maka
ada tiga yang ia dustakan, yaitu Allah, Rasul-Nya dan perawi hadis
tersebut"[2] (HR al-Thabrani dalam
al-Mu'jam al-Ausath No 7596 dan Ibnu 'Asakir 27/410 dari Jabir)
Kembali
ke masalah membaca surat Yasin. Lebih dari itu, ternyata Ibnu Katsir sependapat
dengan amaliyah Nahdliyin dalam membaca Surat Yasin di dekat orang yang akan
meninggal.Berikut diantara
uraiannya:
ثُمَّ قَالَ اْلإِمَامُ أَحْمَدُ حَدَّثَنَا عَارِمٌ حَدَّثَنَا
ابْنُ الْمُبَارَكِ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ التَّيْمِي عَنْ أَبِي عُثْمَانَ
-وَلَيْسَ بِالنَّهْدِي- عَنْ أَبِيْهِ عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ قاَلَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "اِقْرَؤُوْهَا عَلَى
مَوْتَاكُمْ" يَعْنِي يس. وَرَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالنَّسَائِي فِي
الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ وَابْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيْثِ عَبْدِ اللهِ بْنِ
الْمُبَارَكِ بِهِ إِلاَّ أَنَّ فِي رِوَايَةِ النَّسَائِي عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ
مَعْقِلٍ بْنِ يَسَارٍ. وَلِهَذَا قَالَ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ مِنْ خَصَائِصِ
هَذِهِ السُّوْرَةِ أَنَّهَا لاَ تُقْرَأُ عِنْدَ أَمْرٍ عَسِيْرٍ إِلاَّ
يَسَّرَهُ اللهُ. وَكَأَنَّ قِرَاءَتَهَا عِنْدَ الْمَيِّتِ لِتُنْزَلَ
الرَّحْمَةُ وَالْبَرَكَةُ وَلِيَسْهُلَ عَلَيْهِ خُرُوْجُ الرُّوْحِ وَاللهُ
أَعْلَمُ. قَالَ اْلإِمَامُ أَحْمَدُ رَحِمَهُ اللهُ حَدَّثَنَا أَبُوْ
الْمُغِيْرَةِ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ قَالَ كَانَ الْمَشِيْخَةُ يَقُوْلُوْنَ إِذَا
قُرِئَتْ - يَعْنِي يس- عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا (تفسير ابن كثير 6 / 562)
"Imam
Ahmad berkata (dengan meriwayatkan sebuah) bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Bacalah surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal (HR Abu Dawud dan
al-Nasa'i dan Ibnu Majah). Oleh karenanya sebagian ulama berkata: diantara
keistimewaan surat yasin jika dibacakan dalam hal-hal yang sulit maka Allah
akan memudahkannya, dan pembacaan Yasin di dekat orang yang meninggal adalah
agar turun rahmat dan berkah dari Allah serta memudahkan keluarnya ruh. Imam
Ahmad berkata: Para guru berkata: Jika Yasin dibacakan di dekat mayit maka ia
akan diringankan (keluarnya ruh) dengan bacaan Yasin tersebut" (Ibnu Katsir VI/342)
Berikut
kutipan selengkapnya dari kitab Musnad Ahmad mengenai pembacaan Yasin di
samping orang yang akan meninggal yang telah menjadi amaliyah ulama terdahulu
dan terus diamalkan oleh warga NU:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ حَدَّثَنِي أَبِي ثَنَا أَبُوْ
الْمُغِيْرَةِ ثَنَا صَفْوَانُ حَدَّثَنِي الْمَشِيْخَةُ اَنَّهُمْ حَضَرُوْا
غُضَيْفَ بْنَ الْحَرْثِ الثَّمَالِيَ حِيْنَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ فَقَالَ هَلْ مِنْكُمْ
أَحَدٌ يَقْرَأُ يس قَالَ فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السُّكُوْنِي فَلَمَا
بَلَغَ أَرْبَعِيْنَ مِنْهَا قُبِضَ قَالَ فَكَانَ الْمَشِيْخَةُ يَقُوْلُوْنَ
إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا قَالَ صَفْوَانُ
وَقَرَأَهَا عِيْسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ بْنِ مَعْبَدٍ (مسند أحمد بن حنبل 17010)
"Para
guru bercerita bahwa mereka mendatangi Ghudlaif bin Hars al-Tsamali ketika
penyakitnya sangat parah. Shafwan berkata: Adakah diantara anda sekalian yang
mau membacakan Yasin? Shaleh bin Syuraih al-Sukuni yang membaca Yasin. Setelah
ia membaca 40 dari Surat Yasin, Ghudlaif meninggal. Maka para guru berkata:
Jika Yasin dibacakan di dekat mayit maka ia akan diringankan (keluarnya ruh)
dengan Surat Yasin tersebut. (Begitu pula) Isa bin Mu'tamir membacakan Yasin di
dekat Ibnu Ma'bad" (Musnad Ahmad No 17010)
Al-Hafidz Ibnu Hajar
menilai atsar ini:
وَهُوَ
حَدِيْثٌ حَسَنُ اْلإِسْنَادِ (الإصابة
في تمييز الصحابة للحافظ ابن حجر 5 / 324)
"Riwayat
ini sanadnya adalah hasan" (al-Ishabat fi Tamyiz al-Shahabat V/324)
Ahli
hadis al-Hafidz Ibnu Hajar juga menilai riwayat amaliyah ulama salaf membaca
Yasin saat Ghudlaif akan wafat sebagai dalil penguat (syahid) dari hadis
riwayat Ma'qil bin Yasar yang artinya: Bacakanlah Surat Yasin di dekat orang
yang meninggal. (Raudlah al-Muhadditsin X/266)
Al-Hafidz
Ibnu Hajar memastikan Ghudlaif ini adalah seorang sahabat:
هَذَا مَوْقُوْفٌ حَسَنُ اْلإِسْنَادِ وَغُضَيْفٌ صَحَابِىٌّ عِنْدَ
الْجُمْهُوْرِ وَالْمَشِيْخَةُ الَّذِيْنَ نَقَلَ عَنْهُمْ لَمْ يُسَمُّوْا
لَكِنَّهُمْ مَا بَيْنَ صَحَابِىٍّ وَتَابِعِىٍّ كَبِيْرٍ وَمِثْلُهُ لاَ يُقَالُ
بِالرَّأْىِ فَلَهُ حُكْمُ الرَّفْعُ (روضة
المحدثين للحافظ ابن حجر 10 / 266)
"Riwayat
sahabat ini sanadnya adalah hasan. Ghudlaif adalah seorang sahabat menurut
mayoritas ulama. Sementara 'para guru' yang dikutip oleh Imam Ahmad tidak
disebut namanya, namun mereka ini tidak lain antara sahabat dan tabi'in senior.
Hal ini bukanlah pendapat perseorangan, tetapi berstatus sebagai hadis yang
disandarkan pada Rasulullah (marfu')" (Raudlah al-Muhadditsin X/266)
Terkait
dengan tuduhan anti tahlil yang mengutip pernyataan beberapa ulama bahwa sanad
hadis riwayat Ma'qil ini goncang, redaksi hadisnya (matan) tidak diketahui dan
sebagainya, maka cukup dibantah dengan pendapat ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar
dalam Bulugh al-Maram I/195:
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ اَلنَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اقْرَؤُوا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس رَوَاهُ
أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ (وأخرجه أحمد 20316 وأبو داود رقم 3121 وابن
ماجه رقم 1448 وابن حبان رقم 3002 والطبرانى رقم 510 والحاكم رقم 2074 والبيهقى
رقم 6392 وأخرجه أيضاً الطيالسى رقم 931 وابن أبى شيبة رقم 10853 والنسائى فى
الكبرى رقم 10913)
"Dari
Ma'qil bin Yasar bahwa Rasulullah Saw bersabda: 'Bacalah surat Yasin di dekat
orang-orang yang meninggal.' Ibnu Hajar berkata: Diriwayatkan oleh Abu Dawud,
al-Nasa'i dan disahihkan oleh Ibnu Hibban"
(Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad No 20316, Abu Dawud
No 3121, Ibnu Majah No 1448, al-Thabrani No 510, al-Hakim No 2074, al-Baihaqi
No 6392, al-Thayalisi No 931, Ibnu Abi Syaibah No 10853 dan al-Nasa'i dalam
al-Sunan al-Kubra No 10913)
Dalam kitab tersebut al-Hafidz Ibnu Hajar tidak memberi komentar
atas penilaian sahih dari Ibnu Hibban. Sementara dalam kitab beliau yang lain,
Talkhis al-Habir II/244, kendatipun beliau mengutip penilaian dlaif dari Ibnu
Qattan dan al-Daruquthni, di saat yang bersamaan beliau meriwayatkan atsar dari
riwayat Imam Ahmad diatas.
Jika telah didukung dalil-dalil hadis dan diamalkan oleh para
ulama salaf, lalu bagaimana dengan amaliyah membaca Surat Yasin setelah orang
tersebut meninggal atau bahkan dibaca di kuburannya? Berikut
ini beberapa pandangan ulama terkait penafsiran hadis di atas.
1. Ibnu Qayyim
وَهَذَا
يَحْتَمِلُ أَنْ يُرَادَ بِهِ قِرَاءَتُهَا عَلَى الْمُحْتَضَرِ عِنْدَ مَوْتِهِ
مِثْلَ قَوْلِهِ لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَيَحْتَمِلُ
أَنْ يُرَادَ بِهِ الْقِرَاءَةُ عِنْدَ الْقَبْرِ وَاْلأَوَّلُ أَظْهَرُ (الروح لابن القيم 1 / 11)
"Hadis
ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal sebagaimana sabda
Nabi Saw: Tuntunlah orang yang akan mati diantara kalian dengan
Lailahaillallah. Dan bisa jadi yang dimaksud adalah membacanya di kuburnya.
Pendapat pertamalah yang lebih kuat" (al-Ruh I/11)
2. Ahli Tafsir al-Qurthubi
وَيُرْوَى عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ أَمَرَ أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَ قَبْرِهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ
وَقَدْ رُوِىَ إِبَاحَةُ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ عِنْدَ الْقَبْرِ عَنِ الْعَلاَّءِ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَذَكَرَ النَّسَائِي وَغَيْرُهُ مِنْ حَدِيْثِ مَعْقِلٍ
بْنِ يَسَارٍ الْمَدَنِي عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ
قَالَ اِقْرَأُوْا يس عِنْدَ مَوْتَاكُمْ وَهَذَا يَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ
الْقِرَاءَةُ عِنْدَ الْمَيِّتِ فِي حَالِ مَوْتِهِ وَيَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ
عِنْدَ قَبْرِهِ (التذكرة
للقرطبي 1 / 84)
"Diriwayatkan
dari Abdullah bin Umar bahwa ia memerintahkan agar dibacakan surat al-Baqarah
di kuburannya. Diperbolehkannya membaca al-Quran di kuburan diriwayatkan dari
'Ala' bin Abdurrahman. Al-Nasai dan yang lain menyebutkan hadis dari Ma'qil bin
Yasar al-Madani dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda: Bacalah Yasin di dekat
orang-orang yang meninggal. Hadis ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang
akan meninggal dan bisa jadi yang dimaksud adalah membacanya di kuburnya"
(Tadzkirat al-Qurthubi I/84)
3. Al-Hafidz Jalaluddin
al-Suyuthi
وَقَالَ الْقُرْطُبِي فِي حَدِيْثِ إقْرَؤُوْا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس
هَذَا يَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ هَذِهِ الْقِرَاءَةُ عِنْدَ الْمَيِّتِ فِي حَالِ
مَوْتِهِ وَيَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ عِنْدَ قَبْرِهِ قُلْتُ وَبِاْلأَوَّلِ قَالَ
الْجُمْهُوْرُ كَمَا تَقَدَّمَ فِي أَوَّلِ الْكِتَابِ وَبِالثَّانِي قَالَ إبْنُ
عَبْدِ الْوَاحِدِ الْمَقْدِسِي فِي الْجُزْءِ الَّذِي تَقَدَّمَتِ اْلإِشَارَةُ
إِلَيْهِ وَبِالتَّعْمِيْمِ فِي الْحَالَيْنِ قَالَ الْمُحِبُّ الطَّبَرِيُّ مِنْ
مُتَأَخِّرِي أَصْحَابِنَا وِفِي اْلإِحْيَاءِ لِلْغَزَالِي وَالْعَاقِبَةِ
لِعَبْدِ الْحَقِّ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلَ قَالَ إِذَا دَخَلْتُمُ
الْمَقَابِرَ فَاقْرَؤُوْا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَالْمُعَوِّذَتْيِن وَقُلْ
هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَاجْعَلُوْا ذَلِكَ ِلأَهْلِ الْمَقَابِرِ فَإِنَّهُ يَصِلُ
إِلَيْهِمْ (شرح
الصدور بشرح حال الموتى والقبور للحافظ جلال الدين السيوطي 1 / 304)
"Dan berkata al-Qurthubi mengenai hadis:
'Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal' bahwa Hadis ini bisa jadi
dibacakan di dekat orang yang akan meninggal dan bisa jadi yang dimaksud adalah
membacanya di kuburnya. Saya (al-Suyuthi) berkata: Pendapat pertama disampaikan
oleh mayoritas ulama. Pendapat kedua oleh Ibnu Abdul Wahid al-Maqdisi dalam
salah satu kitabnya dan secara menyeluruh keduanya dikomentari oleh Muhib
al-Thabari dari kalangan Syafiiyah. Disebutkan dalam kitab Ihya al-Ghazali,
dalam al-Aqibah Abdulhaq, mengutip dari Ahmad bin Hanbal, beliau berkata: Jika
kalian memasuki kuburan, maka bacalah al-Fatihah, al-Muawwidzatain, al-Ikhlas,
dan jadikanlah (hadiahkanlah) untuk penghuni makam, maka akan sampai pada
mereka" (Syarh al-Shudur I/304)
4. Muhammad bin Ali al-Syaukani
وَاللَّفْظُ
نَصٌّ فِى اْلأَمْوَاتِ وَتَنَاوُلُهُ لِلْحَىِّ الْمُحْتَضَرِ مَجَازٌ فَلاَ
يُصَارُ إِلَيْهِ إِلاَّ لِقَرِيْنَةٍ (نيل
الأوطار للشوكاني 4 / 52)
"Lafadz dalam hadis tersebut secara jelas mengarah pada orang
yang telah meninggal. Dan lafadz tersebut mencakup pada orang yang akan
meninggal hanya secara majaz. Maka tidak bisa diarahkan pada orang yang akan meninggal
kecuali bila ada tanda petunjuk" (Nail al-Authar IV/52)
5. Mufti Universitas
al-Azhar Kairo Mesir, 'Athiyah Shaqar
وَحَمَلَهُ الْمُصَحِّحُوْنَ لَهُ عَلَى الْقِرَاءَةِ عَلَى
الْمَيِّتِ حَالَ اْلاِحْتِضَارِ بِنَاءً عَلَى حَدِيْثٍ فِى مُسْنَدِ
الْفِرْدَوْسِ مَا مِنْ مَيِّتٍ يَمُوْتُ فَتُقْرَأُ عِنْدَهُ يس إِلاَّ هَوَّنَ
اللهُ عَلَيْهِ لَكِنْ بَعْضُ الْعُلَمَاءِ قَالَ إِنَّ لَفْظَ الْمَيِّتِ عَامٌ
لاَ يَخْتَصُّ بِالْمُحْتَضَرِ فَلاَ مَانِعَ مِنِ اسْتِفَادَتِهِ بِالْقِرَاءَةِ
عِنْدَهُ إِذَا انْتَهَتْ حَيَاتُهُ سَوَاءٌ دُفِنَ أَمْ لَمْ يُدْفَنْ رَوَى
اْلبَيْهَقِى بِسَنَدٍ حَسَنٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ اسْتَحَبَّ قِرَاءَةَ أَوَّلِ
سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا عَلَى الْقَبْرِ بَعْدَ الدَّفْنِ فَابْنُ
حِبَّانَ الَّذِى قَالَ فِى صَحِيْحِهِ مُعَلِّقًا عَلَى حَدِيْثِ اقْرَءُوْا
عَلَى مَوْتَاكُمْ يس أَرَادَ بِهِ مَنْ حَضَرَتْهُ الْمَنِيَّةُ لاَ أَنَّ
الْمَيِّتَ يُقْرَأُ عَلَيْهِ رَدَّ عَلَيْهِ الْمُحِبُّ الطَّبَرِىُّ بِأَنَّ
ذَلِكَ غَيْرُ مُسَلَّمٍ لَهُ وَإِنْ سُلِّمَ أَنْ يَكُوْنَ التَّلْقِيْنُ حَالَ
اْلاِحْتِضَارِ (فتاوى الأزهر 7 / 458)
"Ulama
yang menilai sahih hadis diatas mengarahkan pembacaan Yasin di dekat orang yang
akan meninggal. Hal ini didasarkan pada hadis yang terdapat dalam musnad
al-Firdaus (al-Dailami) yang berbunyi: 'Tidak ada seorang mayit yang dibacakan
Yasin di dekatnya, kecuali Allah memberi kemudahan kepadanya.' Namun sebagian
ulama mengatakan bahwa lafadz mayit bersifat umum yang tidak khusus bagi orang
yang akan mati saja. Maka tidak ada halangan untuk menggunakannya bagi orang
yang telah meninggal, baik sudah dimakamkan atau belum. Al-Baihaqi meriwayatkan
dengan sanad yang hasan (al-Sunan al-Kubra No 7319) bahwa Ibnu Umar
menganjurkan membaca permulaan dan penutup surat al-Baqarah di kuburannya
setelah dimakamkan. Pendapat Ibnu Hibban dalam kitab sahihnya yang memberi
catatan pada hadis diatas bahwa yang dimaksud adalah orang yang akan meninggal
bukan mayit yang dibacakan di hadapannya, telah dibantah oleh Muhib al-Thabari
bahwa hal itu tidak dapat diterima, meskipun talqin kepada orang yang akan meninggal bisa diterima" (Fatawa al-Azhar VII/458)
6. al-Hafidz Ibnu Hajar
al-'Asqalani
تَنْبِيْهٌ قَالَ ابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيْحِهِ عَقِبَ حَدِيْثِ
مَعْقِلٍ قَوْلُهُ اقْرَءُوْا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس أَرَادَ بِهِ مَنْ حَضَرَتْهُ
الْمَنِيَّةُ لاَ أَنَّ الْمَيِّتَ يُقْرَأُ عَلَيْهِ قَالَ وَكَذَلِكَ لَقِّنُوْا
مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَرَدَّهُ الْمُحِبُّ الطَّبَرِي فِي
اْلأَحْكَامِ وَغَيْرِهِ فِي الْقِرَاءَةِ وَسَلَّمَ لَهُ فِي التَّلْقِيْنِ (تلخيص الحبير في تخريج أحاديث الرافعي الكبير للحافظ ابن حجر 2 / 245)
"Ibnu
Hibban dalam kitab sahihnya memberi komentar pada hadis Ma'qil diatas bahwa
yang dimaksud adalah orang yang akan meninggal bukan mayit yang dibacakan di
hadapannya. Begitu pula hadis: 'Tuntunlah orang yang akan mati diantara kalian
dengan Lailahaillallah,' dan telah dibantah oleh Muhib al-Thabari dalam kitab
al-Ahkam bahwa hal itu tidak dapat diterima dalam hal membaca Yasin, sementara
talqin kepada orang yang akan meninggal bisa diterima" (Talkhis al-Habir
II/245)
7. Muhammad al-Shan'ani
وَأَخْرَجَ أَبُوْ دَاوُدَ مِنْ حَدِيْثِ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ
عَنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ اِقْرَاءُوا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس وَهُوَ
شَامِلٌ لِلْمَيِّتِ بَلْ هُوَ الْحَقِيْقَةُ فِيْهِ (سبل السلام بشرح بلوغ المرام لمحمد بن إسماعيل
الأمير الكحلاني الصنعاني 2 / 119)
"Hadis
riwayat Abu Dawud dari Ma'qil 'Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang
meninggal' ini, mencakup pada orang yang
telah meninggal, bahkan hakikatnya adalah untuk orang yang meninggal"
(Subul al-Salam Syarah Bulugh al-Maram II/119)
Riwayat lain yang menguatkan adalah:
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنِ الْمُجَالِدِ عَنِ الشَّعْبِيِّ
قَالَ كَانَتِ الأَنْصَارُ يَقْرَؤُوْنَ عِنْدَ الْمَيِّتِ بِسُوْرَةِ الْبَقَرَةِ (مصنف ابن أبي شيبة رقم 10953)
"Diriwayatkan dari Sya'bi bahwa sahabat
Anshor membaca surat al-Baqarah di dekat orang yang telah meninggal" (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No 10963)
Begitu pula atsar di bawah ini:
حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ عَنْ حَسَّانَ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ عَنْ
أُمَيَّةَ الأَزْدِيِّ عَنْ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ عِنْدَ
الْمَيِّتِ سُوْرَةَ الرَّعْدِ(مصنف ابن أبي شيبة رقم 10957)
"Diriwayatkan dari Jabir bin Zaid bahwa
ia membaca surat al-Ra'd di dekat orang yang telah meninggal" (Mushannaf Ibnu Abi
Syaibah No 10967)
Bahkan ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar
memperkuat riwayat tersebut:
وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِى شَيْبَةَ مِنْ طَرِيْقِ أَبِى الشَّعْثَاءِ
جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ وَهُوَ مِنْ ثِقَاتِ التَّابِعِيْنَ أَنَّهُ يَقْرَأُ عِنْدَ
الْمَيِّتِ سُوْرَةَ الرَّعْدِ وَسَنَدُهُ صَحِيْحٌ (روضة المحدثين للحافظ ابن حجر 10 / 266)
"Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari
jalur Jabir bin Zaid, ia termasuk Tabi'in yang terpercaya, bahwa ia membaca
surat al-Ra'd di dekat orang yang telah meninggal. Dan Sanadnya adalah sahih!" (Raudlat
al-Muhadditsin X/226)
[1] Dari uraian dua ulama ini dapat diketahui bahwa tuduhan
hadis palsu dalam beberapa fadilah surat Yasin karena mereka hanya melihat dari
satu jalur riwayat saja, sementara dalam hadis tersebut memiliki banyak jalur
riwayat. Hal inilah yang sering menjadi kecerobohan dari Ibnu al-Jauzi dalam
kitabnya 'al-Maudluat' yang menuai kritik tajam dari ahli hadis lain, seperti
Ibnu Hajar, al-Suyuthi dan lain-lain.
[2] Al-Hafidz al-Haitsami berkata: "Dalam sanadnya ada
perawi bernama Mahfudz bin Maisur, Ibnu Hatim tidak memberi penilaian sama
sekali kepadanya" (Majma' al-Zawaid No 660). Ini
menunjukkan hadis tersebut tidak dlaif.
Pakar
ASWAJA Center PWNU Jawa Timur, sekaligus alumni Pondok Pesantren al-Falah Ploso
Kediri, saat ini sibuk menjadi Narasumber di berbagai macam seminar ke-NU-an,
Kajian Amaliah Ahlussunnah Wal Jama'ah, dan aktif di berbagai pengajian baik
umum maupun private,
No comments:
Post a Comment