Tuesday, 26 November 2019

Biografi Syeh Zainuddin Mojosari Loh Ceret Nganjuk

Syekh Zainuddin, Mojosari, Nganjuk

Mbah Kiyai Zainuddin adalah ulama besar Nusantara yang “paling tidak terekspose” bila dibanding dengan ulama-ulama seangkatannya semisal Syekh Nawawi al-Bantaniy, Syekh Sholeh Darat (guru beliau), Syekh Kholil Bangkalan, KH. Dimyathi Tremas Pacitan, Syekh Asnawi Kudus.

Rihlah

Ketika dulu para santri masih menggunakan sitem rihlah (kelana), maka Mbah Kiyai Zainuddin adalah salah satu ulama “wajib” yang dituju para santri pada zaman itu dalam rangka menyempurnakan keilmuan para santri. Dari segi usia memang beliau paling muda dengan teman seangkatannya namun beliau yang paling akhir meninggal dunia (menurut keterangan salah satu santrinya wafat beliau tahun 1954).
Beliau menempati sebuah pondok tua yaitu di Mojosari Loceret Nganjuk. Mungkin karena secara geografis berada di kaki gunung Wilis, maka beliau “tidak banyak diekspose” dibanding sahabat-sahabatnya, karena memang dalam sejarahnya beliau cenderung bergerak dalam keilmuan tasawwuf.

Syahdan Pada Suatu Hari

Syahdan pada suatu hari, seperti biasanya pesantren di bulan Sya’ban selalu mengadakan imtihan (selametan) pengajian pondok di akhir tahun. Pada waktu itu beliau bersama-sama pengurus pondok dan tokoh-tokoh kampung Mojosari berkumpul mengadakan musyawarah untuk gawe besar ini. Disepakati perayaan imtihan dilakukan semeriah mungkin dan dilakukan beberapa hari baik melibatkan pondok maupun masyarakat Mojosari. Akhirnya ada sebagian masyarakat yang mengusulkan diadakan kesenian rakyat yaitu “JARANAN”, dan beliau mbah Kiyai Zainuddin mengiyakan dengan syarat dilakukan di awal dan di luar pondok (di kampung). Maka bersemangatlah masyarakat Mojosari (saat itu masyarakat Mojosari 90% masih abangan dan terkenal sebagai tempatnya maksiyat).

Gembira

Berhari-hari masyarakat Mojosari dan pondok dalam suasana gembira. Rupanya hal ini terdengar sampai jauh di luar Nganjuk. Terbukti para Kiyai menyikapi insiden tersebut karena melihat bahwa Mbah Kiyai Zainuddin adalah salah satu tokoh ulama yang paling disegani. Mereka para Kiyai takut hal ini akan berdampak pada masyarakat santri pada waktu itu. Akhirnya Hadhratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahab Chasbullah, KH. Bisyri Sansuri dan para Kiyai lain bermusyawarah melakukan sikap dan meminta pada Mbah Kiyai Zainuddin untuk bersikap tegas dengan adanya “JARANAN” masuk dalam kegiatan Imtihan. Mereka para Kiyai akhirnya tidak menuai kesepakatan siapa yang harus sowan menghadap kepada Mbah Kiyai Zainuddin. Mereka tidak ada yang berani menghadap mengingat mereka semua adalah murid dan santri beliau. Karena semua Kyai tersebut tidak berani menghadap, akhirnya disepakati dengan memakai mediator surat pernyataan dan ditandatangani oleh bersama.
Setelah selesai rapat musyawarah pernyataan sikap, para Kiyai pulang ke rumah masing-masing. Tempat musyawarah waktu itu dilaksanakan di Tebuireng.

Istirahat

Saat Hadhratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari istirahat, di dalam istirahat itu beliau diingatkan Allah Swt. lewat mimpi, dimana dalam mimpi itu KH. Hasyim Asy’ari dan para ulama seluruh Nusantara mengadakan shalat jama’ah. Dan ternyata dalam shalat jam’aah para ulama itu yang menjadi Imam adalah Mbah Kiyai Zainuddin. Sedangkan beliau Hadhratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari berada pada barisan shof nomer 7.
Setelah terbangun, surat yang tadi sudah jadi dengan tanda tangan yang lengkap dan tinggal dikirim akhirnya tidak jadi disampaikan kepada Mbah Kiyai Zainuddin. Lantas KH. Hasyim Asy’ari mengabari perihal mimpinya tersebut kepada para Kiyai yang ikut menandatangani surat pernyataan di atas. Mereka semua akhirnya sepakat bahwa itu bukan wilayah mereka ngurusi (ikut campur) urusan guru mereka.
Berkat karamah yang dimiliki Mbah Kiyai Zainuddin tersebut, terbukti sekarang masyarakat Mojosari Nganjuk yang tadinya 90 % abangan menjadi 99% Islam dan ta’at.
Ditulis ulang dari tulisan si Mbah Kiyai Aqil Fikri

Monday, 18 November 2019

TINGKATAN SABAR MENURUT RASULULLAH SAW.

TINGKATAN SABAR MENURUT RASULULLAH SAW.



Al-Syibli, seorang sufi, ditanya oleh seorang pemuda mengenai sabar. ''Sabar macam apa yang paling sulit?'' tanya pemuda itu. ''Sabar demi Allah,'' jawab Al-Syibli. ''Bukan,'' tolak si pemuda. ''Sabar dalam Allah,'' jawab Al-Syibli. ''Bukan,'' katanya. ''Sabar dengan Allah,'' ucapnya. ''Bukan,'' bantahnya. ''Terkutuklah kamu, sabar macam apa itu?'' kata Al-Syibli jengkel. ''Sabar dari Allah,'' jawab pemuda itu. Al-Syibli menangis, lalu pingsan.

Dialog ini menjelaskan kepada kita mengenai tingkatan sabar bagi kaum sufi. Sabar dari Allah (ash-shabr 'an Allah) paling sulit ditempuh dari tingkatan sabar lainnya. Untuk mencapai maqam ini, Ali bin Abi Thalib selalu berdoa, ''Ya, Tuhanku, Junjunganku, Pelindungku! Sekiranya aku bersabar menanggung siksa-Mu, bagaimana aku mampu bersabar berpisah dari-Mu?!''

Dalam literatur tasawuf, sabar (sabr) salah satu maqam, selain zuhd, ma'rifah, mahabbah, tawbah, wara,' faqr, tawakkal, dan ridha. Menurut Nashiruddin Al-Thusi dalam Manazil Al-Sa'irin, ''Sabar membuat batin tidak sedih, lidah tidak mengeluh, dan anggota badan tidak melakukan gerakan-gerakan.''

Sedang bagi orang awam seperti kita, ada tiga tingkatan sabar seperti dijelaskan Nabi Muhammad SAW dalam Al-Kafi. Ali bin Abi Thalib berkata, ''Rasulullah bersabda, 'Ada tiga macam sabar: sabar ketika menderita, sabar dalam ketaatan, dan sabar untuk tidak membuat maksiat.

Orang yang menanggung derita dengan sabar dan senang hati, maka Allah menuliskan baginya tiga ratus derajat (yang tinggi), ketinggian satu derajat atas derajat lainnya seperti jarak antara bumi dan langit. Dan orang yang sabar dalam ketaatan, maka Allah menuliskan baginya enam ratus derajat (yang tinggi), ketinggian satu derajat atas derajat lainnya seperti derajat antara dalamnya bumi dan 'Arsya. Dan orang yang sabar untuk tidak berbuat maksiat, maka Allah menuliskan baginya sembilan ratus derajat (yang tinggi), ketinggian satu derajat atas derajat lainnya seperti jarak antara dalamnya bumi dan batas-batas terjauh 'Arsy.''

Sabar ketika menderita berarti kita tabah menghadapi musibah dan bencana yang ditimpakan oleh Allah (Q.S. 2:155-57), sebagai ujian untuk menyadarkan kita. Sabar dalam ketaatan berarti kita menahan kesusahan dalam menjalankan ibadah. Contoh konkret, para calon haji harus bersabar ketika pemberangkatannya tertunda. Sabar dalam musibah adalah sumber ridha atau puas menerima takdir Allah. Sabar dalam ketaatan merupakan sumber keakraban dengan Allah. Dan, sabar tidak berbuat dosa adalah sumber ketakwaan diri kepada Allah.

TASHAWWUF AMALIYAH

TASHAWWUF AMALIYAH
KH. Jamaluddin Achmad

Imam Malik berkata: “Barangsiapa yang mendalami ilmu fikih tanpa mendalami ilmu tashawwuf, maka akan menjadi fasik. Dan barangsiapa yang mendalami ilmu tashawwuf tanpa mendalami ilmu fikih, maka akan menjadi kafir zindiq. Dan barangsiapa yang mendalami ilmu fikih dan ilmu tashawwuf, maka ia sungguh menjadi ahli tahqiq (yang menggabungkan ilmu syarî‘at dan haqîqat).” Imam Syafi’i berkata: “Kamu harus pandai ilmu fikih dan ilmu tashawwuf, jangan hanya pandai satu saja. #
Sungguh aku, demi haq Allah, memberi nasehat kepadamu.
Karena orang yang hanya pandai ilmu fikih, itu hatinya keras, tidak merasa takut kepada Allah #
Sedangkan orang yang hanya pandai ilmu tashawwuf saja, itu sangat bodoh (tentang hukum-hukum Islam), lalu bagaimana orang bodoh akan menjadi baik.” Ungkapan Imam Malik dan Imam Syafi’i tersebut menunjukkan bahwa mempelajari ilmu fikih dan tashawwuf adalah menjadi keharusan yang tidak boleh diabaikan, karena ilmu fikih mengarah kepada syarî‘at, dan ilmu tashawwuf mengarah kepada haqîqat.
Syarî‘at dan haqîqat kedua-duanya laksana dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, sebab syarî‘at tanpa haqîqat adalah kosong, dan haqîqat tanpa syarî‘at adalah batal.

Pustaka.almuhibbin

Thursday, 14 November 2019

TUJUH LAPIS TENTANG ALAM DAN TINGKATANNYA




TUJUH LAPIS TENTANG ALAM DAN TINGKATANNYA

1. Alam nasut, alam benda, yaitu alam luar ini.
2. Alam mitsal, alamnya permisalan atau perumpamaan, alam jejelma dan penampakan/bayang-bayang.
3. Alam jabarut, alamnya gelombang elektromagnetik, alamnya jin dsb.
4. Alam malakut, alamnya malaikat dan alamnya ruhani/ruh.
5. Alam mulkiyah, alamnya nurani
6. Alam lahut/ilahiyah, alamnya cahaya Ketuhanan
7. Alam Robbaniyah, alamnya Dzat Ketuhanan. .

Biar lebih gamblang lagi tentang alam berikut penjelasan nya :

1. alam nasut, ini adalah alam materi/bendawi.
sebagaimana yang disaksikan mata kita inilah alam nasut.

2. alam jabbarut ini adalah alamnya gelombang
elektromagnetik, alam jabarut tak tampak mata.
diantara alam jabarut adalah alam yang ditempati jin, yaitu alam jaljalut, alamnya sukma dalam tubuh kita, yg sering keluar dari tubuh itu disebut sebagai sukma, sukma itu serasa sebagaimana tubuh kita lengkap, hanya saja kebal (tanpa rasa tubuh) dan transparan tak nampak. diantara ruh-ruh orang yang mati penasaran juga masuk dlm alam penasaran yg satu level dgn alam jabarut ini.

3. alam malakut ini adalah alamnya malaikat, diantara alam malakut adalah alam arwah/alamnya ruh-ruh, alam malakut bertingkat-tingkat. disinilah letaknya ilmu hakekat itu.

4. alam mulkiyah, ini adalah puncaknya alam malakut, disinilah adanya ruhul qudus (ruh suci), pada diri pribadi nurani yg terdalam itulah ruh suci.

5. alam lahut atau alam ilahiyah, disinilah letaknya nur Allah atau Nur Muhammad itu, inilah alam Ketuhanan, yang disebut juga sebagai nukat gaib itu. yang disebut-sebut ilahi itu yah disini ini letaknya.....

6. Alam robbaniyah, ini adalah alam puncaknya
puncak, yaitu alam batinnya lahut/disebalik lahut dan menguasai lahut.

Selamat mengembara, jangan takut nyasar perlu belajar lebih dalam pada ahlinya......
"yen wani ojo wedi-wedi, yen wedi ojo wani-wani".

JEJAK SEJARAH MURSYID THORIQOH AT-TIJANI SYEKH MUHAMMAD BIN YUSUF

  "Jejak Histori Syekh Muhammad bin Yusuf sukodono - Ampel Surabaya, abahny a KH Ubaid dan KH Zaid, salah satu pembawa Thoriqoh At-Tija...