Sunday, 20 August 2017

MENGENAL SYAIKH ABDUS SHOMAD AL-PALIMBANI

MENGENAL SYEIKH ABDUS ShOMAD AL-PALIMBANI DAN KARYANYA



Nusantara selain dikenal dengan kekayaan alam dan penghasil rempah, juga dikenal karena ulama-ulama besar asal Nusantara yang menjadi Guru Besar di Haramain, dengan banyak murid dari berbagai negara Islam, sebut saja Syeikh Nurudin al-Raniri, Syeikh Abdu Rauf al-Raniri, Syeikh Yusuf al-Makasari, Syeikh Abdu Somad al-Palimbani dan banyak ulama lainnya. Tulisan ini akan mencoba mengenalkan Maha Guru Islam di Indonesia Syeikh Abdus Somad al-Palimbani.


Nama lengkap beliau adalah Syeikh Abdus Somad bin Abdurahman al-Jawi al-Palimbani. Lahir dan dibesarkan di Palembang pada tahun 1150 H atau 1736 M demikian menurut Kgs M. Zen dalam bukunyaFaidul Ihsani, buku biografi atas Syeikh Abdusamad al-Palimbani. Berbeda menurut Azumardi Azra, menurutnya satu-satunya sumber yang menyebut angka tahun kelahiran Abdus Somad al-Palimbani adalah Tarikh Salasilah Negeri Kedah, dalam buku itu disebutkan bahwa Abdusamad lahir sekitar 1116 H/ 1704 M. 


Ia dibesarkan dalam lingkungan “Keraton Kuto Ceracangan” (antara 17 dan 20 ilir sekarang). Karena ayahnya menjabat sebagai kepala penjaga Istana Kuto Ceracangan Kesultanan Pelambang Darus Salam pada masa Sultan Agung dan Sultan Muhamad Badrudin I. Ayahnya adalah seorang Sayid yang berasal dari Sana’a, Yaman dan sering melakukan perjalanan ke India dan Jawa sebelum menetap di Kedah Semenanjung Melayu. Di kemudian hari setelah menjadi ulama besar Abdus Somad kerap berkunjung ke Yaman karena istrinya adalah seorang Syarifah dari keluarga al-Idrus yang berasal dari Yaman. Ibunya meninggal dunia tatkala usianya baru satu tahun. Selain belajar kepada ayahnya sendiri, Abdu Somad juga mendapatkan pendidikan dari ulama-ulama besar Palembang pada waktu itu, seperti : Tuan Faqih Jalaludin (w.1748), Hasanaudin bin Jakfar dan Sayid Hasan bin Umar Idrus.

Abdus Somad seorang anak yang cerdas dan memiliki ingatan yang kuat. kepada gurunya yang disebut terakhir ini, beliau belajar mengaji al-Quran serta tajwidnya dan ilmu-ilmu agama lainnya sehingga ia hafal kitab suci al-Quran dalam usia 10 tahun. Di usia ini pula ia mendapatkan malam lailat al-Qadar yang di dalamnya banyak terdapat keajaiban-keajaiban yang tak bisa dihinggakan. 

Kemudian beliau meneruskan studinya ke tanah suci Mekah dan Madinah bersama kedua sahabatnya dari Palembang, yaitu Kemas Ahmad bin Abdullah dan Muhammad Muhyidin bin Syihabudin. Di tanah suci tiga serangkai ini belajar dengan sungguh-sungguh selama 20 tahun kepada ulama-ulama terkemuka. Bidang yang paling digemari Abdus Somad adalah Tauhid dan Tasawuf. Dalam bidang ini ia belajar langsung kepada Syeikh Muhammad Samman al-Madani. Kepada guruna inilah ia mengambil tarekat Samaniyah yang zikirnya dikenal dengan Ratib Saman. Melalui Syeikh Abdu Somad Ratib Saman masuk dan berkembang di Indonesia hingga sekarang. Sebelum Terekat Samaniyah ia juga mengambil tarekat Syatariyah melalui Syeikh Ibrahim al-Kurani di Madinah.

Kitab Karangan Syeikh Abdus Somad al-Palimbani

Semasa hidupnya Syeikh Abdus Somad tidak hanya aktif dalam berdakwah ke berbagai daerah di Timur Tengah, tetapi juga menjadi seorang penulis yang produktif. Kitabnya ini sampai sekarang masih dibaca dan dipelajari di Palembang, terutama Hidayat al-Salikin. Adapun diantara karangannya tersebut adalah.

1. Zuhratul Murid (Mantiq, 1764)
2. Tuhfatut al-Ragibin (1774)
3. Urwatul al-Wusqa (Tarekat Samaniyah).
4. Ratib Abdus Somad
5. Zad al-Mutaqin (Tauhid)
6. Siwatha al-Anwar
7. Fadha’il Ihya li al-Gazali (Tasawuf)
8. Risalah Aurad dan Zikir
9. Irsyadan Afdhal al-Jihad
10. Nasihat al-Muslimin wa Tazkirawat al-Mukminin fi Fadhail al-Jihad fi Sabilillah (Perang Sabil
11. Hidayat al-Salikin (Tasawuf, 1778).
12. Sair al-Salikin (Tasawuf, 1779-1788)
13. Risalah Ilmu Tasawuf
14. Wahdatul Wujud.

Mal An Abdullah dalam bukunya Jejak Sejarah Abdusamad al-Palimbani menyebut 20 buku yang ditulis oleh Syeikh Abdusamad al-Palimbani. Menurut Mal An Abdullah ada satu buku yang masih diperdebatkan oleh para pakar apakah buku itu tulisan Abdusamad al-Palimbani ataukah tulisan al-Banjari, buku tersebut berjudul tuhfah al-Ragibin.

Hidayatus Salikin

Syeikh Abdusamad al-Palimbani mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Nusantara terutama tradisi pesantren. Dalam berbagai bidang keilmuan, hadis, fikih, tasawuf, tarekat dll Syeikh Abdusamad menjadi bagian mata rantai penting jaringan intelektual Nusantara dan negara-negara Islam lainnya. Misalnya kita dapat melihat posisi Syeikh Abdusamad dalam jaringan sanad yang disusun oleh Syeikh Yasin al-Padani, dalam semua jalur sanad kitab kuning terdapat nama Syeikh Abdusamad al-Palimbani yang menghubungkan murid-murid setelahnya dengan para penyusun kitab itu, baik ulama Nusantara maupun manca negara.

Dengan demikian tidak heran jika beberapa kita Syeikh Abdus Somad al-Palimbani dicetak di Mekah, Mesir dan Singapura, beberapa diantaranya masih beredar hingga sekarang. Diantara kitab Syeikh Abdusamad yang masih beredar adalah Hidayat al-Salikin fi Suluk Maslak al-Mutaqin, kitab ini selesai ditulis pada 5 Muharam 1192 H atau 1778 M.

Kitab yang diadaptasi dari karya Imam al-Ghazali yang berjudulBidayatul Hidayah ini –sebagaimana kitab karya al-Palimbani lainnya- ditulis dalam bahasa Melayu dengan menggunakan Arab Pegon. Menurut Ahmad Patani salah seorang ulama dari Patani Thailand, Hidayatus Salikin adalah “... permulaan kitab Melayu yang dicapkan dia pada negeri Mesir”, kitab Melayu pertama yang di cetak di Negara Mesir.

Karya ulama besar yang mengharumkan Indonesia ini diterbitkan kembali oleh penerbit Pusataka Hikmah Perdana, gaya bahasa ditulis sebagaimana stuktur bahasa dalam kitab aslinya. Menurut penerbit hal tersebut dilakukan untuk menjaga kemurnian naskah, dan bahasa yang digunakan pada masa itu, kini masih dapat dipahami oleh generasi saat ini.

“Adapun pada ilmu tasawuf yaitu barang yang menyelamatkan seluruh amal lahir dari fasad, dan yang membatalkannya, semisal yang membatalkan pahala shalat seperti riya, ujub, sum’ah dll... Kata Sayid Abdul Qadir al-Idrus dalam kitab Darus Tsamin: dan bagi yang menghasilkan ilmu tasawuf sekedar fardhu ain, memadailah dengan mengamalkan barang yang di dalam kitab Minhajul Abidin karangan Imam al-Ghazali, dan mengenal lebih detail ilmu batin ini bukannya fardhu ‘ain”

Demikian contoh bagaimana gaya bahasa Syeikh Abdusamad dalam bukunya. Dengan membaca buku ini kita diajak bernostalgia ke era dimana bahasa Melayu menjadi lingua pranca, bahasa internasional, para pedagang dari belahan dunia harus menguasai bahasa Melayu untuk berdagang di Asia Tenggara. Bahkan menurut Prof. Sayid Naquib Alatas, bahasa melayu adalah satu dari sedikit bahasa yang memadai menjadi bahasa kedua setelah bahasa Arab yang mampu mengakomodasi kata-kata kunci dalam Islam.

Syeikh Abdusamad al-Palimbani wafat pada 1200/1785. Namun Menurut Mal An Abdullah al-Palimbani wafat secara syahid di Medan Perang Kedah Melawan Siam tahun 1259/1839. Ala Kuli hal selamat membaca dan berdialog dengan Maha Guru Islam di Nusantara Syeikh Abdus Somad bin Abdurahman al-Palimbani.(admin)

Sumber : HabibLutfi.net

No comments:

Post a Comment

JEJAK SEJARAH MURSYID THORIQOH AT-TIJANI SYEKH MUHAMMAD BIN YUSUF

  "Jejak Histori Syekh Muhammad bin Yusuf sukodono - Ampel Surabaya, abahny a KH Ubaid dan KH Zaid, salah satu pembawa Thoriqoh At-Tija...