Friday 31 March 2017

TEERJEMAH KITAB UQUUDU LUJAIN FI BAYANI : KONSEP RUMAH TANGGA ISLAMI

:: KONSEP RUMAH TANGGA ISLAMI ::
Kitab Uquudu Lujain Fii Bayaani Huquuzzaujaini



Didalamnya ditegakkan adab-adab Islam, baik individu maupun seluruh anggota keluarga.
Mereka berkumpul dan mencintai karena Allah, saling menasehati ke jalan yang ma’ruf dan mencegah dari kemunkaran. Setiap anggota betah tinggal didalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Rumah tangga yang menjadi panutan dan dambaan ummat yang didalamnya selalu ditemukan suasana sakinah,mawaddah dan rahmah.
Merupakan surga dunia, seperti yang sering kita dengar, Rasul pernah bersabda : Baiti jannati! Rumahku adalah surgaku. Rumah yang dimaksud di sini tentunya bukan bangunan fisiknya yang bak istana dengan taman yang luas dan kolam renangnya, tapi rumah disini adalah rumah tangga "ruh" dari rumah tsb.
Apa ciri-ciri rumah tangga islami tsb :

A. Didirikan Atas Dasar Ibadah
Rumah tangga didirikan dalam rangka ibadah kepada Allah, dari proses pemilihan jodoh, pernikahan (akad nikah, walimah) sampai membina rumah tangga jauh dari unsur kemaksiatan atau yang tidak islami. Sebagaimana tugas kita di muka bumi ini yang hanya untuk mengabdi/beribadah kepada Allah, maka pernikahan ini pun harus diniatkan dalam rangka tsb. Beberapa contoh yang tidak islami, pemilihan jodoh tidak berdasarkan Diennya (agamanya), Proses berpacaran, pemilihan hari "baik" untuk acara pernikahan, sebelum akad nikah ada acara widodareni atau mandi air kembang dan dalam acara walimahan ada
upacara (adat) injak telur dan buang-buang beras (S.A.Weran).

B. Terjadi Internalisasi Nilai Islam Secara Kaffah (Menyeluruh)
Dalam rumah tangga islami segala adab-adab islam dipelajari dan dipraktekan sebagai filter bagi penyakit moral di era globalisasi ini. Suami bertanggung jawab terhadap perkembangan pengetahuan keislaman dari istri, dan bersama-sama menyusun program bagi pendidikan anakanaknya. Saling tolong-menolong dan saling mengingatkan untuk meningkatkan kefahaman dan praktek ibadah. Oleh sebab itu suami dan istri seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang Islam.

C. Terdapat Qudwah (Keteladanan)
Keteladanan Suami atau Istri yang Dapat Dicontoh  Oleh Anak-Anak
Setiap hendak keluar atau masuk rumah anggota keluarga membiasakan mengucapkan salam dan mencium tangan, merupakan contoh yang akan membekas pada anak-anak sehingga mereka tidak canggung mengucapkan salam ketika telah dewasa. Bagaimana mungkin anak akan menegakkan sholat diawal waktu, sementara orang tuanya asik melihat TV pada saat azan berkumandang (ini contoh yang buruk). Keluarga islami merupakan contoh teladan di lingkungannya, selalu nilai-nilai positif saja yang terlontar dari para tetangganya bila membicarakan rumah tangga ini. Hal ini bisa terjadi bila adanya contoh-contoh yang islami dilakukan serta silaturahmi ke tetangga yang intensif.

D. Adanya Pembagian Tugas Yang Sesuai Dengan Syariat
Islam memberikan hak dan kewajiban masing-masing bagi anggotakeluarga secara tepat dan manusiawi. Seperti yang tercantumkan dalam Firman Allah:
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. 4:32).
Suami atau istri harus faham apa kewajiban dan haq nya, sehingga tidak terjadi pertengkaran karena masing-masing hanya menuntut haknya terpenuhi tanpa melakukan kewajibannya. Islam telah mengatur keseimbangan haq dan kewajiban ini, apa yang menjadi kewajiban suami adalah haq istri, dan begitu pula sebaliknya. Kewajiban suami tidak bisa dilakukan secara optimal oleh istri, begitu pula sebaliknya.

E. Tercukupinya Kebutuhan Materi Secara Wajar
Suami harus membiayai kelangsungan kebutuhan materi keluarganya, karena itu salah satu tugas utamanya. Seperti yang tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah 233:...... Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf.

F. Menghindari Hal-Hal Yang Tidak Islami
Banyak kegiatan atau barang-barang yang tidak islami harus disingkirkan dari dalam rumah, misalnya penghormatan kepada benda-benda keramat, memajang patung-patung, memasukkan ke rumah majalah/koran/Video atau saluran internet dan TV (ini yang susah) yang tidak islami, bergambar mesum dan adegan kekerasan, memperdengarkan lagu-lagu yang tidak menambah keimanan.

G. Berperan Dalam Pembinaan Masyarakat
Keluarga islami harus memberikan kontribusi yang cukup bagi perbaikan masyarakat sekitarnya : "Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. 16:125)
Kita tidak bisa hidup sendirian terpisah dari masyarakat. Betapapun taatnya keluarga tersebut terhadap norma-norma ilahiyah, apabila sekitar lingkungannya tidak mendukung, pelarutan nilai akan lebih mudah terjadi, terutama pada anak-anak. Oleh sebab itu setiap anggota keluarga islami diharuskan memiliki semangat berdawah yang tinggi, sesuai dengan profesi utama setiap muslim adalah dai. Suami harus dapat mengatur waktu yang seimbangan untuk Allah S.W.T (ibadah ritual), untuk Keluarga (mendidik keluarga serta bercengkrama bersama istri dan anak-anak), waktu untuk ummat (mengisi ceramah, mendatangi pengajian, menjadi pengurus mesjid, panitia kegiatan keislaman) dan waktu mencari nafkah. Begitu pula dengan istri harus diberi kesempatan untuk bekiprah di jalan dawah ini memperbaiki muslimah disekitarnya. Bila pemahaman keislaman antara suami dan istri sekufu, maka tenaga untuk melakukan manuver dawah keluar akan lebih banyak, karena suami tidak perlu menyediakan waktu yang terlalu banyak untuk mengajari istrinya. Begitu pula istri mendukung dan memperlancar tugas suami dengan ikhlas.
"Dan orang-orang yang berkata: "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. 25:74) Kita dapat membaca sebagai referensi rumah tangga islami yang telah di contohkan oleh Rosul S.A.W dan para sahabatnya. Masih banyak yang harus kita pelajari !

Sekian dulu, semoga ada manfaatnya terutama buat diri saya yang lemah ini. Kalau ada kata yang salah, mohon di maafkan

TAHAPAN MENGENAL ALLAH SWT. (MA'RIFATULLAH)

:: Tahapan Mengenal Allah SWT ::

Berikut ini Uraian Maulana Al Habib Luthfi tentang tahapan mengenal Allah Swt.

1. Bagaimana  cara belajar mengenal Allah?
Al Habib: Kita mengenali tentang apa yang diciptakan oleh Allah terlebih dahulu. Dari mengenali ciptaanNya itulah, lantas kita mengenali siapa yang menciptakannya. Nah, disitulah kita akan melihat kebesaran-kebesaran Allah SWT yang ditunjukkan kepada kita semua.

Setelah kita sudah mengenalnya, lalu kita tingkatkan lagi. Sadarkah kita sebagai hamba, mengertikah kita sebagai hamba, tentang apa kewajiban kita sebagai seorang hamba? Lantas bagaimana seharusnya perilaku seorang hamba yang telah mengenal kepada Tuhannya? Setelah itu kita tingkatkan lagi ke atas. Kita  ini sejatinya diundang oleh waktu. Maka kita harus menghormati waktu.

Begitu tingkat kesadarannya sudah tinggi, maka kalau waktu shalat sudah datang kenapa kita mesti menunda waktu untuk  bergegas melakukannya? Seharusnya kita kan justru bersiap-siap untuk menunggu datangnya waktu tersebut, menghormat panggilan Allah SWT untuk shalat.

Bukankah setiap kali berkumandang adzan, itu merupakan panggilan yang telah memperingatkan kita? Sehingga ketika terdengar suara adzan, kita merasa senang dan gembira, lantas bersiap-siap untuk hormat akan datangnya panggilan Allah tersebut.

2. Tetapi dalam kenyataannya, hal demikian terasa sulit untuk dilakukan?
Al Habib: Untuk meraih tingkat demi tingkat semacam itu, memang bukan hal yang gampang. Oleh karnanya, kita perlu sering datang ke suatu majlis dengan para ulama’, para shalihin, untuk mendengarkan fatwa-fatwanya.

Kita harus seringa pula mendengarkan petuah dan pandangan-pandangan para auliyaus-shalihin. Rasanya terlalu sulit untuk dapat meraihnya lebih jauh, jika kita jauh dari beliau-beliau itu. Sebab mereka bagaikan ruang yang memiliki lentera, mempunyai batrainya, nah, kita ini bagian yang dioborinya. Semakin kita dekat kepada orang-orang shalihin, maka akan lebih jauh lagi kita dapat mengenal Allah SWT dan RasulNya.

3.  Jalan tercepat yang bagaimanakah, sehingga manusia merasa dirinya senantiasa bersama dengan Allah SWT Dzat yg selalu membimbingnya?
Al Habib: Saya sendiri masih bingung, melihat bagaimana proses orang yang makan langsung sepiring sekali telan? Padahal seharusnya kita menelan sesuap demi sesuap. Yang pentingkan sepiring bisa habis. Namun apa jadinya dipencernaan, jika mulut kita tidak pernah mengunyah untuk membantu pancernaan? Apa hasilnya atau apa yang akan terjadi dalam proses pencernaan tersebut.

Memang menarik, waktu makan yang lebih singkat dan lebih cepat. Jalan yang paling cepat dan tepat untuk mencapai proses makanan, apa nasinya yang lebih baik dibubur saja biar lebih encer, supaya menelannya lebih mudah. Tapi nyatanya semua itu sudah ada tempatnya. Yang mempercepat dan sebagainya itu, sudah ada bagiannya masing-masing. Nah, maka dari itu, tahapan untuk secepat itu tidak mungkin mudah. Contohnya ya seperti orang yang makan sepiring langsung telan tadi.

4.  Lalu apa yang mesti dilakukan, agar dalam beraktifitas kita masih tetap bisa mengingat Allah?
Al Habib: Kalau tidak dilatih ya mana mungkin? Pada awalnya hati itu harus dikasih latihan untuk senantiasa mengingatNya. Itu memang tak mudah. Terkadang sering lupa. Tetapi setelah terbiasa, maka bagian tubuh yang kita latih ini punya reflex sendiri sesuai dengan tempatnya masing-masing.

Gerak tangan saja yang tak berhenti, juga mengikuti gerak ruh. Apalagi dengan hati kita yang terbiasa dengan latihan-latihan. Insya-Allah hati kita tidak akan pernah lupa dzikir kepada Allah SWT. Sebab itu sudah terjadi secara refleks. Maka latihlah senantiasa hati kita. Sebab jika hati itu biasa memandang sesuatu yang baik, berpikir baik, berprasangka yang baik, selamanya hati kita akan timbul secara refleks dengan pandangan-pandangan yang baik sehinga akan selalu jernih.(Tsi).
Sumber : habib lutfi bin yahya - pekalongan

ADAB DALAM MENCARI ILMU

:: ADAB DALAM MENCARI ILMU ::

Habib Zain bin Ibrahim bin Smith dengan ketajaman analisa dan penanya, mementaskan lima adab bagi pencari ilmu.

Adab pertama bagi seorang pencari ilmu ialah menyucikan hati dari segala pelanggaran- pelanggaran yang dimurkai Allah. Imam Nawawi dalam mukadiman Syarh Al- Muhadzdzab berkata: “Seyogyanya bagi seorang penuntut ilmu menyucikan hatinya dari kotoran- kotoran sehingga ia layak menerima ilmu, menghafal, dan memanfaatkannya” Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad memberi perumpaan yang sungguh indah tentang hati yang kotor. Beliau mengatakan jika seseorang datang dengan membawa sebuah wadah kotor untuk diisi madu di dalamnya, maka orang yang akan membeli madu tersebut pasti akan berkata, “Cucilah terlebih dahulu wadah yang kotor ini, baru kamu isi dengan madu.” Kata Imam Abdullah, “Dalam masalah dunia saja, wadah yang kotor perlu dibersihkan, maka bagaimana rahasia-rahasia ilmu Allah dapat terwadahi jika diletakkan di dalam hati-hati yang dekil?” Adab pertama ini merupakan langkah awal bagi para pencari ilmu, tak terkecuali para guru, untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang malah menjadi penghalang masuknya ilmu dalam sanubari.

Adab kedua, menurut Habib Zain, adalah ikhlas karena Allah di dalam mencari ilmu. Mencari ilmu harus berangkat dari kebersihan niat dari selain Allah. Niat adalah sumber segala perbuatan selaras dengan sabda Nabi SAW, “Amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.” Di antara niat bagi penuntut ilmu adalah:
1. Untuk mengharap ridha Allah
2. Menghidupkan syari`at
3. Mendekatkan diri kepada Allah
4. Menghilangkan kebodohan dari dirinya maupun orang lain
5. Menghidupkan agama dan mengekalkan agama Islam lewat perintah kepada kebaikan dan mencegah keburukan dari dirinya sendiri atau orang lain, sesuai kapasitas kemampuan.

Adab ketiga yang harus ada pada diri penuntut ilmu adalah bersikap rendah hati dan melayani para ulama. Suatu hari, Abdullah bin Abbas membawa tali kuda kendaraan gurunya, Ubay bin Ka`ab. Ia tuntun kendaraan gurunya itu. Sang guru bertanya, “Ada apa ini, wahai putra Abbas?” Dijawab, “Demikianlah kami diperintahkan untuk menghormati guru-guru kami.” Abdullah tetap memandu jalannya kendaraan sang guru sampai ke tempat tujuan. Adab ketiga memberi pengertian bahwa pencari ilmu mesti menanggalkan kebanggaan nasab, kedudukan, dan harta yang ia miliki. Ia lepaskan demi terjun secara total meraih ilmu lewat para guru dan ulama.

Adab Keempat ialah mengambil faedah (manfaat) di mana saja berada. Pencari ilmu mesti jeli melihat, mengamati, dan meraih manfaat dari tiap jengkal langkah hidupnya. Tidaklah berlalu sesaat dari umurnya, kecuali ia isi dengan kemanfaatan. Abu Al-Bakhtary berkata: “Duduk bersama suatu kaum yang lebih mempunyai ilmu daripada saya, lebih saya sukai tinimbang bersama kaum yang derajat ilmunya di bawah diriku.” Mengapa? Jawabnya, “Karena, jika aku duduk bersama kaum yang derajat pengetahuannya di bawahku, aku tidak bisa mengambil manfaat. Namun jika aku duduk bersama orang-orang yang lebih berilmu dari diri saya ini, aku bisa mengambil manfaat sebanyak- banyaknya.”

Adab kelima yang disebutkan oleh Habib Zain adalah bersikap sederhana dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Makan dan minum adalah kebiasaan siapa saja. Manusia makan dan minum untuk hidup. Namun hal demikian tidak lantas menjadi alasan untuk berlebih-lebihan, khususnya bagi pencari ilmu. Bahkan, seorang ulama bernama Sahnun berkata: “Ilmu tidak akan diperoleh bagi orang yang makan hingga kekenyangan.” Dalam wasiat penuh hikmah dari Lukman Al-Hakim kepada putranya, ia berkata: “Wahai anakku, jika perut telah terisi penuh pikiran akan tertidur, hikmah akan berhenti mengalir, dan badan akan lumpuh dari beribadah.” Imam Syafi`i berkata, “Aku tidak pernah merasa kenyang sejak enam belas tahun silam. Karena kekenyangan itu membebani badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, membuat kantuk, dan melemahkan orang tersebut dari beribadah.” Demikianlah lima adab mencari ilmu yang dipaparkan oleh Habib Zain bagi manusia-manusia yang menceburkan dirinya dalam lautan ilmu. Ambillah ilmu yang hendak kita miliki sebanyak- banyaknya namun janganlah kita absen dari adab. Dengan lima adab tersebut, ilmu menjadi berkah untuk semua. saatnya kita kembali mendulang adab-adab mencari ilmu yang telah dipanggung- kan oleh para ulama sehingga ilmu dapat memberi manfaat, bukan hanya pada tataran duniawi, namun juga pada tataran ukhrawi.

PENGARUH POSITIF MEMBACA AL-QURAN DENGAN ISTIQOMAH

:: Terbukti Secara Ilmiah, Inilah Pengaruh Membaca Al-Qur’an ::

Penelitian ilmiah pengaruh bacaan al Qur’an pada syaraf, otak dan organ tubuh lainnya. Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali mem- baca Al-Qur’an.

Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisio- logis yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan.
Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik.
Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian M.Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur’an.

Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.

Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.
Al-Qur’an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997.
Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.

Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Al-Qur’an. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita.

Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Al-Qur’an lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Al-Qur’an memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).
Maha benar Allah yang telah berfirman. [Renungkanlah.com]

KEUTAMAAN ADAB DAN AKHLAQ BAGI PARA PENCARI ILMU

Keutamaan Adab dan Akhlaq bagi Para Salik (Pencari Jalan Ma'rifatullah)



التصوف كله أدب ، لكل وقت أدب، ولكل حال أدب، ولكل مقام أدب ، فمن لازم الأدب بلغ مبلغ الرجال ، ومن حرم الأدب فهو بعيد من حيث يظن القرب ، مردود من حيث يرجو الوصول

Tasawwuf adalah semuanya adab, setiap waktu adab, setiap keadaan adalah adab & untuk setiap kedudukan adalah adab.

Maka siapa orang yang melazimi adab, dia akan sampai pada kedudukan orang-orang pilihan-Nya.

Dan siapa orang yang diharamkan atasnya adab, maka dia hakekatnya jauh dari-Nya walaupun dia menyangka bahwa dirinya dekat, dan tertolak sekiranya dia mengharapkan sampai tersambung disisi-Nya.


قال ذو النُّون المصري رحمه الله :
إذا خرج المريد عن استعمال الأدب فإنه يرجع من حيث جاء

Berkata Dzun-Nuun Al-Misrii Ra:
"Jika seorang murid yang menginginkan sampai kepada-Nya keluar dari pem-praktek-kan adab, maka sesungguhnya dia telah kembali walaupun dia datang / memulai ( maka tidak akan bertambah sedikit-pun disisi-Nya )"
٠
قال الحكماء :
- من لم يتأدب لوقت فوقته مقت.
- من حبسه النسب أطلقه الأدب اي من لم يكن من آل البيت منسوبا
فأدبه  يكفيه لرفعت مقامه عند الله وعند خلقه.
- من قل أدبه كثر شغبه.

Berkata para ahli hikmah :
- Siapa orang yang tidak ber-adab pada satu waktu, maka hakekatnya waktunya adalah kemurkaan.
- Siapa orang yang bukan bernasab kepada Nabi, maka dengan sebab adab kedudukannya akan terangkat disisi-Nya dan disisi makhluk-Nya.
- Siapa orang yang sedikit adabnya, niscaya akan banyak fitnah & pertikaiannya


Di dalam Al Qur’an diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ilmu merupakan sarana utama menuju kebahagiaan abadi. Ilmu merupakan pondasi utama sebelum berkata-kata dan berbuat. Dengan ilmu, manusia dapat memiliki peradaban dan kebudayaan. Dengan ilmu, manusia dapat memperoleh kehidupan dunia, dan dengan ilmu pula, manusia menggapai kehidupan akhirat.
Baik atau buruknya suatu ilmu, bukan karena ilmunya, melainkan karena niat dan tujuan si pemiliki ilmu. Ibarat pisau, tergantung siapa yang memilikinya. Jika pisau dimiliki oleh orang jahat, maka pisau itu bisa digunakan untuk membunuh, merampok atau mencuri. Tetapi jika dimiliki oleh orang baik, maka pisau itu bisa digunakan untuk memotong hewan qurban, mengiris bawang atau membelah ikan.  
Di bawah ini merupakan metode yang baik dalam mencari/menuntut ilmu, agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dan mendapat barokah dari Allah
1.   Awali dengan niat yang benar, baik dan ikhlas. Niatkan bahwa mencari/menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah. Niatkan bahwa ilmu yang dimiliki akan digunakan untuk kebaikan, bukan untuk mengejar dunia semata. Niatkan bahwa dengan ilmu tersebut, kita berjuang di jalan Allah. Memohonlah kepada Allah agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia-akhirat. Memohonlah kepada Allah agar kita terhindar dari ilmu/ajaran sesat dan menyesatkan.
2.   Selalu minta restu dan ridho orangtua. Mintalah dengan kerendahan hati dan santun kepada orangtua untuk mendoakan agar kita selamat dunia-akhirat.
3.   Berhati-hati dalam memilih ilmu. Pelajarilah ilmu agama sebagai landasan hidup. Pelajarilah ilmu tentang aqidah, karena aqidah yang benar merupakan pondasi keimanan. Pelajarilah ilmu tentang akhlak, karena akhlak merupakan cermin dari suasana hati. Ingatlah... bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia. Pelajarilah ilmu fiqh agar tata cara ibadah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Pelajarilah ilmu-ilmu duniawi sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan.
4.   Belajar kepada guru yang terpercaya akan keilmuannya dan agamanya. Cara ini lebih cepat dan lebih meyakinkan daripada belajar tanpa guru. Dengan belajar kepada guru akan memungkinkan diskusi, tanya-jawab dan timbal-balik antara murid dan guru.
5.   Belajar kepada alam. Gunakanlah akal untuk memikirkan alam semesta ini dan kejadian-kejadiannya, dalam rangka meneguhkan/menguatkan keyakinan kita terhadap kekuasaan dan keagunggan Allah.
6.   Belajar dari pengalaman dan ujian hidup. Jika hidup dan kehidupan ini kita jalani dengan kesholehan hati, maka setiap pengalaman dan ujian/cobaan dapat kita jadikan pelajaran. Sabar dan rasa syukur kepada Allah merupakan dua aspek penting dalam mengambil atau memetik pelajaran dari pengalaman dan ujian hidup.
Jangan menjadi manusia yang berilmu (pintar) tetapi zolim. Dan jangan pula menjadi manusia yang taat beribadah (sholeh) tapi bodoh. Ilmu tanpa didasari dengan keimanan, maka dengan ilmu tersebut manusia akan berbuat kerusakan dan kezoliman. Iman tanpa didasari dengan ilmu, maka keimanannya bersifat semu, hanya sebuah khayalan dan sugesti belaka, begitupun ibadahnya hanya bersifat ikut-ikutan. Oleh karena itu, raihlah kesuksesan dengan 2 sayap, iman dan ilmu. Insya Allah... kesuksesan yang kita raih bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.
Menuntut ilmu tidaklah mudah, tetapi juga tidak sulit. Dalam menuntut ilmu dibutuhkan keyakinan, kesabaran, kesungguhan, dan pengorbanan. Kita harus meyakini bahwa kita pasti bisa memahami suatu ilmu/pelajaran. Kita harus bersabar, karena untuk memahami suatu ilmu sampai tuntas memerlukan waktu yang lama. Kita harus sungguh-sungguh, karena hanya dengan kesungguhan suatu ilmu dapat kita miliki. Kita harus mempunyai jiwa berkorban, karena untuk meraih ilmu perlu tenaga dan biaya.
Beberapa hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:
1.   taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
2.   tidak berbuat maksiat
3.   memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
4.   memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
5.   memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
6.   sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)
7.   membiarkan diri lapar ketika sedang belajar (rajin berpuasa)
Adab murid kepada guru
·      menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya dengan tulus dan ikhlas
·      tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan nasihat guru
·      jujur dan setia bersama guru
·      bersikap rendah hati, lembut dan santun kepada guru
·      hendaknya memaafkan guru ketika beliau melakukan suatu kesalahan
·      tidak menjelek-jelekan dan tidak memfitnah guru
·      tidak menghianati dan tidak menyakiti hati guru
·      berusaha melayani guru dengan sebaik-baiknya
·      selalu berusaha menyenangkan hati guru
·      memanggil guru dengan panggilan yang disukainya
·      berusaha menyukai apa yang disukai oleh guru
·      membiasakan diri memberikan hadiah kepada guru dan keluarganya sebagai tanda penghormatan kepada mereka
·      tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya
·      tidak terbahak-bahak di depan guru
·      tidak meninggikan suara ketika berbicara dengan guru
·      selalu duduk dalam sikap sopan
·      berusaha keras ( jihad ) dan tekad membuat kemajuan bersama guru
Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakuan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali rodhiallu’anhu berkata, "aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf ". Perkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada guru.
Khalifah Harun Ar Rasyid pernah mengirimkan putranya untuk belajar kepada syekh burhanuddin. Suatu saat, ketika khalifah berkunjung untuk menemui putranya yang sedang belajar, khalifah melihat putranya itu sedang menuangkan air wudhu untuk syekh. Lalu khalifah berkata kepada putranya, "Wahai anakku, kenapa engkau menggunakan tangan kananmu untuk menuangkan air sementara tangan kirimu kau biarkan diam. Gunakanlah kedua tanganmu, yang satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu." Subhanallah... begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.
Adab murid kepada sesama murid
·      menghormati dan memuliakan sesama murid dengan tulus dan ikhlas
·      hendaknya memberikan nasehat kepada sesama murid dengan kerendahan hati dan bebas dari kesombongan ( amar ma’ruf nahi munkar )
·      selalu berbaik sangka kepada sesama murid dan tidak mencari-cari keburukan mereka
·      tidak menyakiti hati sesama murid
·      hendaknya menerima permintaan maaf sesama murid apabila mereka memintanya
·      selalu membantu sesama murid dalam suka maupun duka
·      bersikap rendah hati dan santun kepada sesama murid
·      tidak meminta menjadi pemimpin mereka, hanya menjadi sesama saudara dengan mereka
·      lapang dada dalam perbedaan pendapat yang mungkin terjadi di antara sesama murid

 Adab murid kepada pelajaran
·      niat yang ikhlas karena Allah ketika memulai belajar
·      diniatkan bahwa belajar ( menuntut ilmu ) itu untuk menghilangkan kebodohan diri dan orang lain di lingkungannya
·      menghormati dan memuliakan buku pelajaran ( kitab ) dengan tulus dan ikhlas
·      menjaga kebersihan dan kerapihan buku pelajaran ( kitab )
·      meletakkan buku pelajaran ( kitab ) di tempat yang baik dan terhormat
·      tekun dan kontinyu dalam memahami pelajaran ( ilmu )
·      membiasakan diri menghafal pelajaran dan menjaga hafalan
·      selalu menulis atau mencatat pelajaran ( ilmu ) yang diperoleh
·      meneliti sumber dan isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
·      bersikap adil terhadap isi pelajaran ( ilmu ) yang ada dalam buku atau kitab
·      menjauhkan sifat malu yang berlebihan dalam proses memahami suatu pelajaran atau ilmu
Semoga ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, hendaknya kita berusaha untuk selalu berbuat baik, memperhatikan adab dan berakhlak mulia. Insya Allah.... ilmu yang kita miliki dapat menyelamatkan kita di kemudian hari. Jika penuntut ilmu tidak memperhatikan bahkan meninggalkan adab dan akhlak, maka amal dan ilmunya tidak akan mendapatkan barokah dari Allah.

Thursday 23 March 2017

NASEHAT IMAM SYAFI'I KEPADA MURIDNYA YUSUF BIN ABDUL A'LA

NASEHAT IMAM SYAFI'I 
KEPADA YUNUS BIN ABDUL A'LA

Yunus bin Abdul A’la, salah seorang murid Imam asy-Syafi’i, pernah berbeda pendapat dengan sang guru dalam satu permasalahan di tengah ia belajar di masjid. Kemudian berdirilah Yunus sambil marah dan meninggalkan pelajaran lalu pulang ke rumahnya.

Malam pun tiba, Yunus mendengar suara pintu rumahnya diketuk orang. “Siapa?” Tanya Yunus.

“Muhamad bin Idris,” kata yang mengetuk pintu.

Pikiran Yunus menerawang pada siapa saja yang bernama Muhammad bin Idris (karena banyak), kecuali satu yang tak terlintas yakni asy-Syafi’i. Saat pintu dibukanya, Yunus terkaget luar biasa, “Ternyata Imam Syafi’i!” batin Yunus.

Kemudian Imam Syafi’i berkata, “Hai Yunus, ratusan masalah menyatukan kita, apakah hanya gara-gara satu masalah kita berpisah? Janganlah engkau berupaya untuk selalu menang dalam setiap perbedaan, karena memenangkan hati lebih utama daripada memenangkan sikap. Jangan kau hancurkan jembatan yang sudah kau bangun dan kau seberangi. Karena bisa jadi engkau membutuhkannya untuk kembali di satu hari nanti.”

Lanjut Imam asy-Syafi’i, “Upayakan engkau selalu membenci kesalahan, bukan membenci pelakunya. Marahlah engkau pada maksiat, tapi maafkan pelakunya. Kritiklah pendapat orang, namun hormati yang mengatakannya. Kepentingan kita dalam kehidupan ini adalah mengalahkan penyakit, bukan menghakimi orang sakit.”

“Jika orang datang minta maaf, berilah maaf. Kalau engkau didatangi orang bingung, diamlah untuk kebaikannya. Jika orang butuh datang padamu, berilah ia dari sebagian apa yang Allah beri untukmu. Bila ada yang datang menasihatimu, berterimakasihlah kepadanya. Meskipun engkau hanya memanen duri di satu hari, tetaplah kau tanam bunganya dan jangan pernah ragu. Karena balasan dari Dzat Yang Mahakasih dan Mahamulia jauh lebih mulia daripada balasan dari manusia,” pungkas  Imam asy-Syafi’i.

Wallahu a'lam bisshowab

SHALAWAT UNTUK BERTEMU RASULULLAH SAW DALAM MIMPI

:: Shalawat utk bertemu dengan Rasulullah SAW Ijazah dari Syeikh Nazhim Al Haqqani ::


Daruud Syifaa’ untuk Bertemu dengan Nabi ﷺ di dalam Mimpi 

(Dibaca terus hingga Anda Tertidur)


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى رُوحِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي الْأَرْوَاحِ وَعَلَى جَسَدِهِ فِي الْأَجْسَادِ وَعَلَى قَبْرِهِ فِي القُبُورِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Allâhumma shalli `ala rûhi Sayyidina Muhammadin fil-arwâhi wa `ala jasadihi fil-ajsâdi wa `ala qabrihi fil-qubûri wa `ala âlihi wa shahbihi wa sallim.
Ya #Allah, limpahkanlah rahmat kepada ruh Nabi Muhammad di antara semua ruh, kepada jasadnya di antara semua jasad, dan kepada kuburnya di antara semua kubur dan limpahkanlah pula rahmat dan keselamatan kepada keluarga dan sahabatnya. (Dala'il al-Khayrat hari Rabu)

Imam Sya’arani (qaddas Allahu sirrah) meriwayatkan bahwa #Nabi ﷺ bersabda, “Barang siapa yang bershalawat dengan cara seperti ini akan bertemu denganku di dalam mimpi, dan barang siapa yang bertemu dengan di dalam mimpi, ia akan bertemu denganku di Yawmil Hisab, dan barang siapa yang bertemu denganku di Yawmil Hisab, aku akan memberi syafaat padanya, dan barang siapa yang mendapatkan syafaatku, ia akan minum dari telagaku, Hawdh al-Kawtsar di Surga, dan barang siapa yang meminum dari al-Kawtsar ia akan terlindung dari api neraka.
Imam Sya’arani (qaddas Allahu sirrah) #berkata, “Aku harus membacanya,” dan aku membacanya sebelum tidur dan terus membacanya sampai aku tertidur. Aku melihat bulan dan melihat wajah Nabi ﷺ yang mulia, dan aku berbicara dengan beliau. Kemudian ghaba fi’l-qamar, aku merasa beliau berada di bulan hingga beliau menghilang. Aku berdoa kepada Allah ﷻ demi shalawat ini, agar Dia memberikan seluruh nikmat yang Ia berikan, bukannya nikmat yang biasa, tetapi nikmat yang Ia berikan kepada Sang Kekasih-Nya, Sayyidina Muhammad ﷺ, yang Ia janjikan kepada setiap mu’min, dan aku merasa bahwa aku telah mendapatkannya. (Afdhal ash-Shalawat, halaman 58). 

DIANTARA CIRI UTAMA AHLI SUNNAH WAL JAMAAH ADALAH BANYAK BERSHALAWAT KEPADA BAGINDA NABI SAW.

Banyak Shalawat Adalah Tanda Utama Ahlussunnah Wal Jamaah

Suatu ketika seseorang lelaki datang pada imam Ali bin Husayn bin Ali(cicit dari baginda Rasul sallahualaihi wasalam) yang terkenal dengan julukan zaynal abidin.
Lelaki itu berkata, Ya Imam, Nabi umat islam berkata bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan...yang manakan yang benar." Imam menjawab,"Yang menggambarkan dirinya sebagai "Ahl Sunnah yaitu islam tradisional"
lelaki itu adalah seorang yg bijaksana, sehingga dia bertanya lebih jauh mengenai jawaban sang imam " namun pasti akan banyak diantara mereka yang mengklaim sebagai Ahl sunna.." untuk pernyataan itu imam Ali bin Husayn berkata "kelompok yang membaca banyak shalawat untuk NabiyAllah adalah di jalan yang benar"
"Memperbanyak salawat dan salam kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah salah satu ibadah dan ketaatan yang paling utama. Hal ini merupakan anjuran Qur'an dan Sunnah.
Diriwayatkan oleh sahabat Ubay bin Ka'ab, beliau berkata: Wahai Rasulullah, saya ingin banyak bersalawat, maka tuntunlah saya, sebarapa banyak saya boleh bersalawat kepada engkau?. Rasululullah ﷺ menjawab: sesuai kehendakmu.
Aku berkata: Bolehkah seperempat hariku diisi dengan salawat?
Nabi ﷺ menjawab: Sesuai kehendakmu. Namun, lebih banyak lebih baik.
Aku berkata: Bagaimana jika setengah hariku?
Nabi ﷺ menjawab: Sesuai kehendakmu. Namun, lebih banyak lebih baik.
Aku berkata: Bagaimana jika dua pertiga hariku?
Nabi ﷺ menjawab: Sesuai kehendakmu. Namun, lebih banyak lebih baik.
Aku berkata: Kalau begitu saya akan isi seluruh hari dan hidupku untuk bersalawat.
Nabi ﷺ menjawab: Jika itu yang kamu lakukan, maka Allah akan hilangkan kesusahanmu dan hapus dosamu.(HR: At Tirmidzi)
Para ulama berkata: Angka minimal memperbanyak salawat adalah 1000 kali. Ada yang berpendapat: 300 kali. Namun yang pasti adalah: bahwa sebanyak apapun seseorang bersalawat maka angka itu tetap sedikit jika melihat kepada keagungan dan ketinggian derajat Nabi ﷺ di sisi Allah.
Intinya, banyak bersalawat adalah tanda utama yang membedakan Ahlussunnah Wal Jamaah dari golongan lain sepanjang masa.

JEJAK SEJARAH MURSYID THORIQOH AT-TIJANI SYEKH MUHAMMAD BIN YUSUF

  "Jejak Histori Syekh Muhammad bin Yusuf sukodono - Ampel Surabaya, abahny a KH Ubaid dan KH Zaid, salah satu pembawa Thoriqoh At-Tija...